Analisa Harian Catatan Kritis Terhadap Mahasiswa Yahukimo di Jayapura

Catatan Kritis Terhadap Mahasiswa Yahukimo di Jayapura

-

Latar belakang

Setiap peneriman mahasiswa baru oleh Komunitas Pelajar Mahasiswa/i Yahukimo (KPMY) akan dilakukan orientasi mahasiswa. Kegiatan lebih bertujuan menyiapakan generasi yang kemudian menjadi pemimpin guna membangun Yahukimo, dan ini memang menjadi tanggung jawab KPMY, untuk mempersiapakan generasi- generasi Yahukimo yang terdidik melalui poroses-proses membentuk karakter, dengan mengundang narasumber-narasumber terhebat, selain itu membentuk sebuah komunitas  yang tidak lepas dari realitas daerah.

Tidak hanya sebatas mempersiapkan generasi, yang ujung-ujungnya menjadi objek atau bahan baku produk tenaga kerja oleh komunitas untuk menyuplai kebutuhan tenaga murah bagi sistem dan kapitalisme atau pemodal di daerah, jika orientasi komunitas hingga dengan pemaparan materinya bagi mahasiswa baru mengarah pada rana swasta, birokrat, kemudian pertanyaanya bagaimana dengan eksistensi mahasiswa/i yang dapat mengakomodir persoalan objektif daerah. Benar bahwa tujuan kuliah hanya satu yaitu mendapatkan pekerjaan. Menjadi penganggur setelah tamat kuliah adalah aib bagi keluarga, lingkungan bahkan almamater universitas.

Maka dibalik tujuan tenaga kerja yang di jual di investasi kerja untuk menggerakan pabrik- pabrik, sekaligus dikenalkan ideology baru bernama membangun daerah. Kita terjebak slogan spangkal, generasi menjadi pimpinan dan membangun daerah sendiri. Ini adalah cara pandang sempit Jakarta untuk menyakinkan bahwa menjadi pimpinan harus mengikuti segala proses sementara setiap manusia punya talenta masing-masing yang di berikan oleh Tuhan untuk di kembangkan. Mahasiswa/i di persiapkan untuk menjadi borjuis dan kapitalisme baru yang sukses menciptakan pabrik di wilayah Yahukimo.

Ini secara umum mengubah potret mahasiswa Yahukimo sehingga ada indikasi buruk kalau bergerak aktif dan kreatif oleh mahasiswa di kalahkan oleh kelas dominan itu. Mahasiswa adalah sebuah lapisan masyarakat yang terdidik karena mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, secara umum mahasiswa adalah hati dan pikiran rakyat. Kalau itu tidak memikirkan dirinya sendiri untuk merai gelar dan hidup layak setelah sarjana. Tapi bagaimana untuk membangun relasi atau hubungan yang progresif dalam membangun kesadaran rakyat melalui tindakan nyata, situsi kondisi rell yang telah terjadi belakangan ini terutama di kabupaten Yahukimo mahasiswa/i di tuntut untuk berpikir kritis dalam berbagai problem tidak untuk menjadi mahasiswa yang prakmatis dan bisu yang akhirnya menjadi penindas bagi rakyat sendiri.

Populasi jumlah penduduk serta luas wilayah yang terbesar di provinsi Papua terdapat di kabupaten Yahukimo, sementara kondisi kehidupan masyarakat semakin parah, akibat berbagai konflik sosial, ekonomi politik yang berimplikasi pada kemarahan rakyat. Perang dagang, konflik batas wilayah, konflik horizontal berdasarkan ras, dan agama berkecamuk dimana- mana. Program Neoliberalisme ala Jokowi muncul aksi perampasan, penghisapan konflik – konflik agraria buru di PHK secara masif membungkam ruang- ruang demokrasi menciptakan konflik sara dengan tujuan melemahkan arah gerak persatuan dan kekuatan mahasiswa/i.

Operasi intelejen alias BIN, selain tutupi ruang- ruang kritis dengan aksi demo, diskusi kritis, dan mimbar- mimbar perlawanan, mereka juga menyediakan ruang seperti giat, soft dengan belajar kepimpinan uji skill, uji kompentensi dan lain –lain sebagai counter aksi-aksi kritis. Kita boleh saja berpendapat itu taktiknya bisa memanfaatkan. Tapi itu upaya Intelejen mengikis nalar kritis kita untuk berpikir kritis, bebas dan melawan. Itu cara licik picik dan struktural untuk tujuan langgengkan penjajahan dan eksploitas ’’MIkael Kudiai”. Perkenalan sekaligus penerimaan mahasiswa Baru( MBA) KPMY,29-30 september 20201 di Expo Waena Jayapura, yang katanya anda besok seorang pimpinan yang berkualitas untuk membangun Yahukimo dan pintar bukan ukuran cukup mempunyai karakter cara berpikir yang bagus untuk merangkul banyak orang. ‘’Rektor Universitas Cenderawasih, sementaran Papua membutuhkan generasi produktif kata lain‘’ jangan percaya orang dari kata-kata saja, karena terlalu banyak orang vocal tapi masih kurang tenaga terlati yang bisa kerja’’. Pada umunya pendidikan atau pelatihan dalam bentuk seminar, kurang kami sadari pentingnya memberikan materi –materi kesadaran terkait kondisi daerah karena dampak lebih besar yaitu yang justru konflik atas perampasan lahan yang nanti akan masif tak seperti konflik sara, konflik perampasan iligal loging ada di depan mata dan berimplikasi pelan tapi pasti dan kuat pada struktur social di masa depan Yahukimo.

Primodialisme masih mendominasi raga dan pikiran mahasiswa Yahukimo

Secara umum jumlah mahasiswa terbesar setelah kabuapten Sorong Provinsi Papua Barat adalah Kabuapten Yahukimo, namun terkait persatuan dalam komunitas terlihat masih jauh beda dengan kabupten lain sementara proses roda perkembangan ini terus berjalan, secara masif dan tentu terkait dengan dominasi primordial yang menjiwai ini merupakan bentuk dari pada struktur social yang membentuk pola hidup yang kemudian berdampak pada sebuah komunitas, apalagi di dukung dengan berbgai sub suku yang berbeda serta kehidupan yang serba lengkap dengan motivasi yang begitu berlian yang di berikan oleh angkatan tua. Namun ini bukan sebuah argumentasi yang di populerkan di kalangan komunitas atau mahasiswa, karena mahasiswa adalah orang yang terdidik serta memiliki idealisme tinggi,’’ Tan Malaka pernah berkata idealisme adalah kemewahan terakhir yang di miliki oleh pemudah’’ kalau kita terjebak tentu secara tidak langsung menciptakan ketimpangan social antara kita di satu komunitas, implikasi lainya adalah bahwa pembagian uang dari kabupaten yang tidak merata mulai dari 2013, sampe sat ini, akibat persoalan subjektif, tentu ini sekat-sekat yang harus di kubur bila di wariskan sehingga pastikan bahwa nasionalisme sempit akan menunutut untuk menjadi penindas dan juga akan terus subur. Setelah di mekarkan kabupaten Sumohai (sekarang Yahukimo) pada tanggal 11 Desember 2003 yang hingga kini telah banyak banyak melahirkan manusia- manusia cerdas di Papua. Tidak dapat di sebut nama mereka satu persatu mahasiswa/I yang bersal dari Yahukimo banyak hingga dengan telah mencetusakan perubahan,menjadi pimpinan. Kesatuan dan transpransi semasa itu ketika disimak dengan baik mereka sebelumnya berada di situasi berbeda tidak sama seperti sekarang. Tetapi dengan keaadan seperti itu mereka mampu meletakan komunitas sebagai landasan membangun kesatuan dalam tubu komunitas,sehingga setiap mahasiswa/i selain selalu aktif dalam kerja- kerja komonitas mereka selalu mengadahkan diskusi-diskusi rutin dalam bentuk diskusi ilmia, pemutaran film, seminar, dll.

Singkat cerita perjalanan mhasiswa/I generasi sebelumnya telah membuat perubahan yang dapat kita ketahui dan sesungguhnya itulah yang harus dapat juga lakukan oleh generasi saat ini untuk lebih maju sesuai dengan perkembangan zaman. Beberapa kegiatan yang telah mereka dilakukan sebagai bentuk pengembangan dengan tujuan mengembangkan nalar mahasiswa/I yang kritis,sekalipun manusia-manusia vocal dan kritis massa itu di telan oleh colonial( tidak semua ada kawan-kawan yang masih konsiten sampe saat ini). Banyak yang perlu diungkap terkait bagaimana dengan massa itu, tetapi disisini hanya dapat ceritakan secara singkat.

Kelemahan KPMY dan ada hal-hal yang kemudian tidak terwujud

Ada beberapa hal yang merupakan sebuah kemajuan di tahun 2017 secara spontan telah dilakukan, seperti penerimaan mahasiswa baru (MBA) tanggal 15 September 2017 di aula asrama putri Yahukimo perumnas III waena, mendorong mahasiswa/I baru membentuk karakter dan pola pikir yag kritis, karena mengadakan kegiatan selama 4 hari bahkan kemajuan besar di waktu itu, adalah beberapa nara sumber yang di undang memberikan kesempatan dengan batasan waktu, sedangkan teman-teman gerakan yang dapat diundang tidak memberikan batasan waktu oleh panitia karena mereka menyadari bahwa lebih penting menjelaskan secara detail soal hak-hak kami yang di rampas dari pada memberikan materi sebatas tinta hitam diatas kertas puti,itu merupakan sebuah kemajuan di massa saat itu. Setelah itu seperti penerimaan mahasiswa/I Yahukimo pada tanggal 29 september 2021, di Expo Waena Jayapura hampir semua lembaga menjadi narasumber enta itu dari perwakilan pemerintah Yahukimo, LSM, aktivis mahasiswa, perwakilan kader, dan akademisi. Hal ini tidak semata mata menampilkan kesombongan tetapi yang lebih penting ialah perlu di ketahui dan mestinya diapresiasi kemudian memberikan sumbangsih pikiran untuk terus mengembangkan komunitas harus lebih aktif dalam kerja-kerja secara kolektif terhadap rekan- rekan mahasiswa/I junior atau senior bahkan alumni dari berbagai kota studi terkait KPMY adalah hal penting untuk terbuka menerima saran, solusi dan kritikan, sebab apa yang saya tulis ini tentang dinamika KPMY sebuah realitas,bukan rekayasa karena eksistensi mahasiswa/I KPMY saat ini menurun drastis, kegiatan-kegiatan seperti Diskusi, dan pemutaran film dan sebagainya sudah tidak berjalan. Semanjak saya mulai studi di Universitas Cenderawasih (UNCEN) pada tahun 2017 banyak hal yang saya ikuti di tubu mahasiswa/I, baik itu mulai dari Individu atau kelompok yang malas tahu dengan disuksi -diskusi mengandalkan orang lain untuk kepentingan sendiri, berlagak relgius mistis, suka mengumbar pujian berlebihan pada idolanya, dan malas membaca buku yang kemudian menjadi kebiasan terus tumbu serta sikap egois yang terlalu terlihat ialah sulit menerima kritikan orang lain, cenderung menyalahkan orang lain, faktor- faktor ini,berdampak besar pada komunitas sehingga sulit untuk melihat kondisi objektif yang mestinya harus respon. Realita saat ini masih sangat kental dengan sikap ego sehingga lambat berkembang kurang kreatif dari beberapa faktor tersebut masih meradang dalam tubuh sehingga sulit membawa dirinya menerima kenyataan bahwa sesungguhnya yang harus di kerja, usaha dalam bentuk apapun adalah bagaimana mengembangkan potensi serta memiliki kualitas yang mapan untuk terus maju mengikuti roda perkembangan zaman. Egois ini merupakan suatu hal yang selalu terjadi, ada kepentingan senior yang memainkan peran sehingga junior terjebak dalam gagasan tersebut, hingga dengan melampaui angkatan tua’’singkat kalimat tak ada pimpinan kalau di perintah oleh angkatan tua yang bodoh dan koruptor.’’

Alternatif

Sebuah alternative yang mesti di upayakan untuk mewujudkan kesatuan mahasiswa/I mengadakan perpustakaan buku memperkaya pengetahuan dan juga mengembangkan idealism selain itu perpustakaan juga guna mempermudah mahasiswa/I dalam kerja-kerja tugas, karya ilmia dan lainya sebagainya. Selain mengadakan diskusi atau seminar ilmia guna melahirkan generasi-generasi Papua perlu mengadakan diskusi-diskusi lapak baca pemutaran film guna merespon situasi daerah bahkan langka ini mampu ciptakaan sebuah kesatuan dalam komunitas KPMY, pendidikan sekarang di warnai dengan pengaruh globalisasi. Pendidikan kehilangan maknanya sebagai sarana pembelajaran. Kemudian muncel sebuah ide home scooling,yaitu pendidikan yang tidak mengandalkan institusi.

Bangun diskusi-diskusi rutin yang dapat mengakomodir segala persoalan primodialisme sukuisme, kampungisme. Pemaparan materi dalam kegiatan MBA saja, tidak cukup untuk selamatkan rakyat Papua secara umum. Mahasiswa sebagai pengontrol kehidupan masyarakat dengan cara meyampaikan aspirasi masyarakat serta mengkritisi segala kebijakan yang merugikan masyarakat. Mahasiswa/I harus kritis saat ini, masyarakat adat semakin tersingkir, kebudayaan luntur bahasa kian hilang, kehidupan alami kian di tinggalakan. Secara umum masyarakat Papua sedang di arahkan dalam keadan transisi yang akan membuat ketergantungan yang sulit menikmati hidup. Pertanyaan yang menjadi refleksi bersama adalah masihka masyarakat mau menerima segala tawaran demi kelancaran masuknya investasi…? Tidak kawan mereka justru tolak sehinga di hadapkan dengan kekuatan militer. Bangun kesatuan melalui dikusi-diskusi kritis merebut kembali tanah air milik generasi Yahukimo

Tanah yang subur Cuma sebatas cerita tete tua leluhur. Lahan digusur,hutan dibabak belur. Bicara tentang sejahtera nyatanya pongah. Sumber daya ditodong, para manusia berbondong-bondong, siapa yang menolong.Ulayat rakyat tercap milik negara rakyat mneyerah tanpa syarat, menagis taak berdaya, menangis hingga mengemis.

 

Referensi:

Eko, Prasetyo. (2015). Bangkitlah Gerakan Mahasiswa

Eko ,prasetyo. (2006). Guru Mendidik itu melawan

“Mecari bentuk-bentuk kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa/I”sebuah topic Diskusi singkat pada saat penerimaan MBA di Expo Jayapura tanggal 29 september 2021.

 

 

 

Kristian Kobak
Penulis adalah Aktivis dari Forum Independen Mahasiswa-West Papua (FIM-WP) di Kota Jayapura

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kirim Donasi

Terbaru

Kapitalisme di Era Digital: Manusia, Ruang, dan Alat

Ide menulis tulisan ini, dimulai ketika beberapa waktu lalu...

Belajar Gerakan Kedaulatan Diri Owadaa dari Meeuwodide (Bagian 2)

Pada bagian pertama catatan ini sebelumya, saya mencoba untuk belajar pandangan konseptual tentang Owadaa. Selain itu, sisi teologis yang...

Belajar pada Njoto, Menuju Jurnalisme yang Mendidik Massa

Dalam deretan tokoh-tokoh jurnalistik di Indonesia, nama Njoto jarang terdengar. Kerap ketika berbicara mengenai sejarah jurnalisme di Indonesia, nama...

Empat Babak Sekuritisasi di Papua

Sejak dimulainya Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora) oleh Presiden Soekarno pada 19 Desember 1961 banyak terjadi pelanggaran hak asasi...

Mambesak dan Gerakan Kebudayaan Papua Pascakolonial

Mambesak tidak sekadar grup musik Papua biasa. Selain sebagai pioner dengan mempopulerkan lagu-lagu daerah Papua yang kaya dan beragam,...

Rubrikasi

Konten TerkaitRELATED
Rekomendasi Bacaan