Analisa Harian Rakyat Yahukimo Dalam Ancaman Food Estate

Rakyat Yahukimo Dalam Ancaman Food Estate

-

Pemerintah pusat rencanakan pembangunan program nasional. Program tersebut adalah Program ketahanan pangan nasional atau Food Estate yang terintegrasi di dalamnya merupakan perkebunan, kelapa sakit, dan perindustrian. Program ini bertujuan meningkatkan lumbung pangan keberlanjutan dan sudah masuk di dalam program utama pemerintahan Indonesia Maju di bawa kepemimpinan Jokowi-Mafruf. Program Food Estate di dukung oleh peraturan negara melalui Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Pemerintah telah merencanakan lahan program Food Estate di Papua salah satunya adalah Kabupaten Yahukimo. Menteri Lingkungan Hidup menerbitkan peraturan Menteri Lingkungan Lidup dengan nomor P. 24/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2020 tentang penyediaan kawan hutan untuk pembangunan Food Estate dan diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan kehutanan. Dalam tulisan singkat ini saya akan menjelaskan hanya soal perencanaan pembangunan Food Estate di Kabupaten Yahukimo, Papua.

Food Estate di Yahukimo

Daerah-daerah yang memiliki potensi sumber daya alam dan cocok untuk membuka lahan besar di Papua selain di Merauke, Mappi, Boven Digul, juga di Yahukimo. Kajian yang dirilis oleh Yayasan Pusaka sebetulnya sangat terlalu jauh dari pemerintah pusat menargetkan wilayah tersebut. Sementara wilayah bagian utara dari Boven Digul yang merupakan salah satu perusahaan sawit disana itu terlalu dan melompat. Tetapi hal itu tidak dipersoalkan bagi korporasi, investasi, dan negara yang dengan haus terus memperlebar dengan melibatkan pemerintah daerah Kabupaten Yahukimo.

Program peningkatan penyediaan pangan nasional atau Food Estate merupakan salah satu dari 10 program startegi nasional dan 201 proyek strategis nasional dengan nilai investasi sebesar Rp. 4.809,7 triliun yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tanggal 17 November 2020 tentang Perubahan ketiga percepatan pelaksanaan Program Strategis Nasional (PSN).

Daerah Yahukimo memiliki hutan tropis. Hutan ini belum tersentuh meskipun illegal loging dan illegal mining sudah dan pernah masuk di Kabupaten Yahukimo. Illegal mining yang pernah ditolak oleh banyak kalangan termasuk mahasiswa Yahukimo itu terus menerus dipaksakan berjalan dan eksploitasi illegal mining ini melibatkan beberapa elit lokal di Yahukimo. Kembali ke Food Estate bahwa Yahukimo merupakan daerah strategis yang menjanjikan, maka dengan demikian beberapa hari lalu dalam sidang DPRD Kabupaten Yahukimo telah mengesahkan tiga Peraturan Daerah (Perda) yang di usulkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Yahukimo. Peraturan tersebut adalah, pertama, Perizinan Izin Tertentu (rahasia), Kedua, Perizinan BUMD yang di dalamnya ada Food Estate, dan yang ketiga, daerah pemekaran distrik baru yaitu, Korowai. Jika berangkat dari surat perizinan yang diperdakan maka, mau dan tidak mau, setuju atau tidak setuju eksploitasi di Yahukimo akan berjalan dalam skala yang sangat besar.

Berdasarkan data Peta Indikatif Penundaan Izin Baru (PIPIB) ditemukan kawasan hutan alam dan lahan gambut pada areal Food Estate di Papua, dan Yahukimo sendiri memiliki angka Hutan Lindung Primer 2.640,93 ha dan area yang lebih besar yaitu 4,656.45 ha. Ini hanya Kabupaten Yahukimo menurut kajian dari Yayasan Pusaka. Perencenaan ini sudah tambah kekuatan dengan pengesahan tiga Perda yang di buat oleh pemerintah Kabupaten Yahukimo dan disahkan oleh DPRD Yahukimo.

Pendekatan Militer di Yahukimo

Belajar dari daerah pengalaman yang dialami oleh saudara-saudara lain di Indonesia termasuk Papua sendiri, di Boven Digoel dan masyarakat suku Marind di Merauke. Perusahan sawit di Boven, MIFEE di Merauke masuk melalui pendekatan militer. Hal yang sama pendekatan militer juga terjadi di daerah lain seperti Kalimantan, lahan Kalimantan yang lebih luas di serahkan kepada tangan korporasi dan negara lakukan praktek yang sama yakni pendekatan militer. Militer melakukan ancaman dan terror terhadap masyarakat yang tidak mau melepas hutan yang memberikan hidup ke tangan korporasi negara. Beberapa fakta yang di documentasikan lewat video oleh Wachdoc Dokumentary, menunjukkan kesaksian oleh warga setempat bahwa mereka mengalami intimidasi, terror, dan kekerasan lainnya oleh militer untuk menguasasi lahan dan hutan mereka rakyat. Di Boven, ketika salah satu pemuda yang menuntut haknya mengalami pemukulan oleh militer dan meninggal karena pemukulan tersebut.

Di atas ini merupakan beberapa fakta yang bisa kita lihat sebagai pelajaran berharga bagi rakyat Yahukimo. Negara dan pemerintah sudah mengambil langkah terlalu jauh dan memastikan bahwa pengembangan program Food Estate akan berjalan dengan tentu pendekatan militer seperti daerah-darah lain yang sudah pernah mengalami dan mengulang sejarah yang sama dan itu sudah ada di depan mata. Apalagi daerah Yahukimo sekarang ini banyak didrop militer dengan dalil kemanan daerah Yahukimo terlepas dari itu misi negara dalam membangun Food Estate dengan melibatkan militer sudah jalan. Beberapa pos polisi sudah sedang dibangun di Yahukimo, maka bicara soal pembangunan Food Estate di Yahukimo tidak bisa dipisahkan dari militer dan investasi. Militer merupakan satu paket untuk mengamankan eksploitasi di tanah Yahukimo, tanah milik masyrakat adat, bukan tanah milik negara.

Kerusakan Ekologi Alam

Program Food Estate yang teritegrasi ini sudah dipastikan bahwa akan merusak ekologi dan ekosistem yang sudah ada di dalam struktrur dan hidup saling berhubungan. Menurut pakar teori Ekologi dan Psikolog dari Cornel University, Amerika Serikat. Teori ekologi memandang bahwa perkembangan manusia di pengaruhi oleh lingkungan akan membentuk tingkahlaku individu. Pada dasarnya bahwa kehidupan manusia merupakan satu kesatuan dengan alam yang terkandung di sekitar manusia hidup.

Dalam konteks pembangunan program Food Estate di Yahukimo akan mempengaruhi tatanan sosial, budaya, dan ekonomi masyrakat setempat. Secara budaya masyarakat akan kehilangan budaya berburu, meramu, dan berkebun, tetapi juga air, hutan, dan tanah akan tercemar oleh limbah perusahaan yang berdampak pada kehidupan manusia. Lain hal juga adalah masyarakat setempat akan hidup ketergantungan minta-minta di atas tanah sendiri karena tersingkir oleh migran-migran yang akan masuk untuk dipekerjakan oleh perusahan. Tentu juga adalah migran yang akan drop ke wilayah pembangunan ini akan meningkat. Di titik inilah rakyat Yahukimo akan jadi tamu di atas tanah nya sendiri.

Penutup

Pemimpin elit politik lokal kita sudah mengulangi hal yang sama. Hal yang sama dilakukan oleh pemimpin-pemimpin di daerah yang sudah masuk Food Estate ini terlebih dahulu, seperti di Boven Digul, Merauke, dan di daerah Indonesia lainnya. Pemimpin Yahukimo juga menggadaikan nasib ibu buminya yang tanah kita masih menganggap adalah mama, mama yang memberikan hidup bagi anak-anaknya. Nasib generasi mudah digadaikan kepada tangan-tangan yang akan mengkeruk ibu bumi sampai kurus kering tinggal tulang. Bagaimana nanti mau cari makan, minum, berkebun, berburu, dan lain sebagainya, apakah pembangunan harus mengorbankan lingkungan dan merusak tatanan yang sudah ada? Hari ini kita rakyat biasa yang hidup bergantung pada tanah, nasib kita ke depan akan tidak cerah, kita akan hidup dalam trauma, kita akan hidup menangis di atas tanah dan rumah kita sendiri, lantaran elit politik lokal kita sudah menggadaikan tanah ke tangan yang akan memperoksa tanah sampai habis-habisan.

Kawan-kawan mahasiswa, pemuda, rakyat, masyarakat adat, ASN, DPRD yang menolak program ini, kita masih punya waktu untuk menolak Yahukimo bukan tanah kosong, tanah punya pemilik sah yaitu masyarakat adat rakyat Yahukimo. Jangan kita mimpi siang bolong, Food Estate akan mensejahterakan kita rakyat Yahukimo. Bersatulah rebut Kembali, sebab kita bukan tamu di Yahukimo.

***

Louis Kabak
Penulis adalah pegiat literasi dan ketua di Komunitas Baca Dekaibooks yang juga sedang menyelesaikan studi akhir di salah satu kampus di Kota Semarang, Jawa Tengah.

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kirim Donasi

Terbaru

Rekonstruksi Identitas Orang Papua Melalui Perubahan Nama Tempat

Irian berubah menjadi Irian. Masyarakat Papua atau orang-orang yang...

Rosa Moiwend dan Kesalahan Teori Patriarki

Rosa Moiwend, salah satu kamerad kita di Papua menulis di media Lao-Lao Papua pada 9 Juni 2023, bahwa gerakan...

Ekofeminisme dan Hubungan Antara Perempuan dengan Hutan Sagu

Sebuah pandangan mengenai hubungan antara perempuan dengan hutan sagu di Kampung Yoboi, Sentani dan bagaimana mengujinya dengan perspektif ekofeminisme. Sagu...

Ancaman Pembangunan Terhadap Lahan Berkebun Mama Mee di Kota Jayapura

"Ini kodo tai koo teakeitipeko iniyaka yokaido nota tenaipigai, tekoda maiya beu, nota tinimaipigai kodokoyoka, tai kodo to nekeitai...

Memahami Perempuan (Papua) dari Tiga Buku Nawal El Saadawi

Sebuah ringkasan secara umum Pengantar Isu feminisme di Papua pada umumnya masih banyak menuai pro dan kontra. Itu bisa kita temukan...

Rubrikasi

Konten TerkaitRELATED
Rekomendasi Bacaan