Pilihan Redaksi 13 Tuntutan Buruh PT.TSP di Hari Buruh Internasional

13 Tuntutan Buruh PT.TSP di Hari Buruh Internasional

-

Kami buruh perkebuanan sawit yang bekerja di PT.Tandan Sawita Papua (PT.TSP) anak perusahaan dari PT.Rajawali Group yang telah beroperasi di Arso Timur kabupaten Keerom sejak 2008. Perusahaan perkebunan ini dimiliki Green Eagle Group (Usaha patungan milik Rajawali Group dan perusahaan Perancis Louis Dreyfus Commodities, namun sekarang dibawah naungan BW Plantations dengan Rajawali sebagai pemegang saham utama. PT. TSP adalah perkebunan kelapa sawit kedua di Keerom setelah 28 tahun PTPN II beroperasi sejak 1982-2017. Selama 12 tahun kehadiran PT.TSP di Kabupaten Keerom, perusahaan ini  18. 337, 90 hektar dan memiliki buruh yang tersebar di lima devisi atau lima kebun (kebun I, II, III, IV. Saat ini jumlah keseluruhan kami sekitar 1818 an sampai 1900 an orang.

Selama pengabdian di perusahaan ini kami memiliki ragam masalah diantara-Nya; 1) Mayoritas buruh berstatus sebagai buruh harian lepas (BHL). (2) Buruh tidak memiliki upah yang layak atau dibawah Upah Minimum Provinsi (UMP). (3) Tidak ada jaminan BPJS ketenagakerjaan. (4) tidak ada pesangon bagi buruh yang pension karena keluar maupun usia lanjut, (5) Kondisi tempat tinggal buruh (barak, air bersih, MCK) yang tidak diperhatikan perusahaan. (6) Kondisi jalan (jalan menuju kebun dan juga ke ibu kota kabupaten rusak total tidak ada perhatian perusahaan. 7) Transportasi yang tidak disediakan perusahaan terhadap para buruh dan anak sekolah buruh dalam menempuh pendidikan. (8) Tidak ada kejelasan tentang keapsahaan serikat-serikat buruh di perusahaan.

Permasalahan berikut antara lain: beban kerja yang terlampau tinggi, status hubungan kerja rentan, minimnya pengawasan ketenagakerjaan. Ada juga permasalahan secara spesifik dialami oleh buruh sawit perempuan yang kerap dianggap sebagai buruh kelas dua, sehingga banyak pelanggaran yang dialami terhadap hak-hak mereka, terutama tidak ada cuti haid dan cuti melahirkan.

Menyikapi persoalan-persoalan kami di perkebunan sawit PT.Tandan Sawita Papua dan atas nama buruh PT.Tandan Sawita di hari peringatan Buruh Internasional ini 1 Mei 1886- 1 Mei 2022.

Kami meminta pihak perusahaan PT.Tandan Sawita Papua maupun Pemerintah dalam hal ini Pemerintah daerah dan Provinsi Papua.

  1. Meminta menajemen PT.Tandan Sawita Papua untuk Menghapus praktek buruh harian lepas (BHL), Syarat kerja utama harian (SKUH) di perkebunan karena sangat merugikan buruh.
  2. Memintah pihak manajemen segera memberikan tunjangan hari raya (THR) kepada kawan-kawan kami buruh Muslim tanpa terkecuali.
  3. Manajemen PT.Tandan Sawita Papua segera mengangkat semua BHL sebagai Buruh Tetap atau SKU dan segera memberikan SK pengangkatan BHL-SKU.
  4. Pihak Manajemen PT.tandan Sawita Papua segera menaikkan upah Kerja Sesuai upah minimum provinsis Papua (UMP), sesuai dan struktur serta skala upah yang adil dan transparan.
  5. Dengan kondisi kerja yang beresiko serta dampak-dampak bagi kesehatan kami di kemudian hari kami meminta segera Penuhi alat pelindung diri (APD) sebagaimana tanggungjawab perusahaan sesuai undang-undang ketenagakerjaan.
  6. Kami memintah untuk segala alat kerja di lingkungan perkebunan untuk tidak dibebankan pembayaran kepada buruh karena itu menjadi tugas perusahaan sesuai amanat undang-undang ketenagakerjaan.
  7. Kami meminta persoalan kesehatan terutama BPJS Ketenagakerjaan untuk segera diberikan kepada buruh secara transparan dan tanpa terkecuali.
  8. Kami memintan manajemen perusahaan untuk tidak melakukan proses perekrutan tenaga kerja yang tidak transparan serta pengangkatan-pengangkatan BHL menjadi SKU (buruh tetap) secara tidak transparan agar adanya keadilan bagi kami buruh perkebunan.
  9. Kami memintah manajemen tertip dalam perekrutan terutama kepada perekrutan buruh yang telah lanjut usia (lansia) dan segera memberikan pesangon yang layak bagi mereka para buruh lansia yang telah mengabdi lama di perusahaan PT.Tandan Sawita Papua.
  10. Kami meminta jaminan Pendidikan terhadap anak-anak kami untukk lebih muda akses Pendidikan dengan disediakannya transportasi antar jemput dari lokasi pemukiman ke sekolah-sekolah.
  11. Kami buruh meminta jaminan kesejahteraan berupa jata beras bagi buruh tetap untuk tidak mendat pemotongan-pemotongan dengan alasan apapun.
  12. Kami buruh PT.Tandan Sawita Papua Mendesak adanya pengawasan ketenagakerjaan Provinsi Papua melalui dinas terkait untuk melihat dan mengavaluasi kinerja PT.Tandan Sawita Papua yang telah banyak merugikan kami para buruh.
  13. Kami buruh PT.Tandan Sawita Papua menolak Praktek Undang-undang Omnibuslaw yang dikuatirkan akan semakin merugikan kami buruh perkebuanan sawit .

Demikian adalah tuntutan kami pada peringatan 136 Tahun Hari Buruh Internasional 1 Mei 2022

1 Mei 2022

Buruh PT.Tandan Sawita Papua

Penanggung jawab

 

Buruh Kebun I Buruh Kebun II
 Moctar Kadir

 

 Rafael Tjabui

 

 Buruh Kebun III Buruh Kebun IV
 Musa M Arnoldus
 

Buruh Kebun V

 
 Getlif KUD  

 

Redaksi Lao-Lao
Teori pilihan dan editorial redaksi Lao-Lao

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kirim Donasi

Terbaru

LBH Papua: Pemerintah dan Komnas HAM Melanggar Hak Buruh Moker PT. Freeport

Siaran Pers Pemerintah dan Komnas HAM Republik Indonesia Turut Melanggar...

May Day 2024: Mari Bikin Barisan Revolusioner di Papua!

Nampaknya 1 Mei yang diperingati di seluruh dunia sebagai Hari Buruh Internasional tidak begitu popular di Papua. Kebangkitan perlawanan...

Rekonstruksi Identitas Orang Papua Melalui Perubahan Nama Tempat

Irian berubah menjadi Irian. Masyarakat Papua atau orang-orang yang memiliki perhatian terhadap perkembangan Papua pasti bisa membedakan kedua Irian...

Rosa Moiwend dan Kesalahan Teori Patriarki

Rosa Moiwend, salah satu kamerad kita di Papua menulis di media Lao-Lao Papua pada 9 Juni 2023, bahwa gerakan...

Ekofeminisme dan Hubungan Antara Perempuan dengan Hutan Sagu

Sebuah pandangan mengenai hubungan antara perempuan dengan hutan sagu di Kampung Yoboi, Sentani dan bagaimana mengujinya dengan perspektif ekofeminisme. Sagu...

Rubrikasi

Konten TerkaitRELATED
Rekomendasi Bacaan