Catatan Mahasiswa Catatan Kritis Terhadap Eksistensi Mahasiswa Fakfak di Jayapura

Catatan Kritis Terhadap Eksistensi Mahasiswa Fakfak di Jayapura

-

Kita tidak dilahirkan serta merta dengan pribadi modern seperti sekarang tetapi dari perjalanan sejarah yang panjang. Kita berhubungan dengan dunia secara kritis adalah kesadaran yang menentukan status eksistensi ini. Berhadapan dengan dunia, manusia tidak hanya bereaksi secara refleks, tetapi manusia memilih, mengkaji, dan menguji kembali lalu melancarkan tindakan yang baru lagi. Kita mampu menyadari waktu, keluar dari himpitan hari, lalu menemukan hari ini, dan terus melangkah dimasa depan. Dengan kesadaran kita bergerak aktif dan krearif.

Peran aktif dalam menghadapi kenyataan itulah yang lantas menghasilkan sejarah dan kebudayaan secara dinamis. Bahwa “kebudayaan bisu” penumpulan kesadaran refleksi kiritis terjadi karena kondisi hubungan-hubungan antara manusia, struktur masyarakat, lembaga, teori-teori, dan ideologi yang digalakkan oleh kelas yang dominan.

Bergerak aktif dan kreatif menjadi kritis ketika dipandang dari dalam dunia pendidikan adalah sebuah proses mempelajari, menekuni, mengkaji, mengamati, dan mempraktekannya bahkan membuat eksperimen sesuai dorongan ilmu pengetahuan yang didapat sehingga itu menjadi wujud nyata keberhasilan dan perubahan. Pelaku perubahan, pelaku sejarah, dan sebagainya merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Merealisasikan kemampuannya dengan membuat hal yang sedemikian rupa adalah dorongan nalar manusia, baik secara individu maupun kelompok. Kemajuan dan perubahan dari dahulu, hari ini, dan yang akan datang yang telah kita lihat, lalui, dan lakukan merupakan bagian yang juga melibatkan secara sadar dan tidak sadar adalah upaya itu berawal dari manusia itu sendiri.

Abad ke-21 adalah masa dimana manusia bersama teknologi yang telah terus berkembang. Zaman ini sangat membutuhkan transformasi logika lama ke baru sebagai pembaharuan dalam kehidupan manusia terhadap dunia. Semua proses itu tidak terlepas dari yang namanya pendidikan atau proses belajar mengajar, mengamati, melakukan kajian dan tindakan-tindakan nyata sebagai wujud yang hari ini kita melihatnya, merasakan dan menikmati, tentu manusialah pelaku dari semua ini. Menghadapi realitas ini semata bukan hanya menerimanya begitu saja, seakan hal itu terjadi tanpa kausalitas. Yang namanya suatu perubahan ialah membutuhkan sikap dan tindakan nyata yang berasal dari idealisme, dorongan ilmu pengetahuan yang terus berkembang, realitas yang terus mendorong logika manusia itu menaklukkan segala sesuatu.

Mahasiswa Fakfak dari Waktu ke Waktu

Sangat jauh dan banyak kesempatan yang terbuang begitu saja, roda perkembangan tidak pernah berhenti baik ke arah yang normal bahkan terjadi persoalan tetapi proses itu terus bergerak. Menilai suatu langkah maju yang disisir oleh para generasi sebelumnya sejak Universitas Cenderawasih (Uncen) didirikan di Kota Baru (sekarang Jayapura) pada tangggal 10 November 1962 yang hingga kini telah banyak melahirkan manusia-manusia cerdas di Papua. Tidak dapat disebut nama mereka satu persatu mahasiswa/i yang berasal dari Fakfak yang juga dari tahun 1962 hingga sekarang kita ketahui sendiri cerita-cerita yang diungkap oleh orang tua, melalui media dan sebagainya bahwa banyak yang telah mencetuskan perubahan, menjadi pemimpin, memberikan banyak motivasi dan inspirasi, menorehkan semuanya hingga kini kita masih menjadikan itu sebagai pedoman untuk bergerak karena sudah ada yang merintisnya.

Asrama Fakfak yang berada di Kamp Tibatiba berdiri pada tahun 1962 sebagai asrama pertama di Jayapura telah melahirkan manusia-manusia cerdas. Banyak yang berhasil di Indonesia ini sebagai menteri, gubernur, bupati, DPR dan di birokrasi hingga berada juga dalam proses perjuangan Papua merdeka serta dalam setiap aktivitas masyarakat yang terus berkembang. Perjuangan-perjuangan semasa itu ketika disimak dengan baik, mereka sebelumnya berada dalam situasi yang berbeda tidak sama seperti saat ini. Tetapi dengan keadaan seperti itulah mereka mampu membawa kehidupan itu keluar hingga mendapatkan perubahan, memberikan mentalitas hidup yang lebih kuat mendobrak tembok raksasa ketertinggalan, kegegelapan menjadi pencerahan besar hingga hari ini. Singkat cerita perjalanan mahasiswa/i generasi sebelumnya telah membuat peradaban baru yang dapat kita ketahui dan sesungguhnya itulah yang harus dapat juga dilakukan oleh generasi saat ini untuk lebih maju sesuai perkembangan zaman.

Beberapa kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk pengembangan baik itu secara internal maupun eksternal. Seperti pembentukan badan pengurus (pimpinan asrama), dan mengadakan latihan dasar kepemimpinan, Ospas, rapat bulanan, dan musyawarah besar asrama. Kemudian kegiatan luar seperti organisasi intra kampus dan juga kegiatan-kegiatan lainnya. Alhasil, dari semua proses itu banyak yang berhasil. Banyak yang perlu diungkap tentang mereka yang berjuang saat itu, tetapi disini hanya dapat diceritakan secara garis besar dan singkat.

Semenjak saya mulai studi di Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) pada tahun 2013 dan menempuh dibidang atau jurusan Ilmu Pemerintahan kemudian menyelesaikan pendidikan pada 2017, banyak hal yang juga saya pelajari di kampus maupun di luar kampus. Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) USTJ adalah satu organisasi kampus yang pernah saya terlibat didalamnya sebagai anggota, dan di luar kampus ada organisasi yang saya ikuti pada waktu itu ialah Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI). Disana banyak proses yang saya belajar, baik materi maupun praktek yang telah memberi banyak pengetahuan dan pengalaman. Setelah berakhir masa studi tahun 2017 saya mendekatkan diri terhadap realitas persoalan Papua. yang juga dari masa kecil (sekolah dasar) telah diceritakan oleh orang tua tentang sejarah Papua dan dengan melihat kondisi Papua yang banyak persoalan sampai detik ini menjadikan saya terdorong untuk ikut terlibat dalam gerakan sosial. Perampasan sumber daya alam, banyak orang yang mati karena memperjuangkan bangsa Papua, Indonesia memanipulasi fakta sejarah Papua, dari persoalan tersebut itulah yang menjadi dasar saya harus berjuang dan terlibat dalam gerakan perlawanan. Gerakan Pemuda dan Rakyat Papua (Gempar-Papua) adalah wadah yang menjadikan saya memahami banyak hal dan terus berjuang hingga kini, mendapat banyak diskusi dari kawan-kawan terdahulu mereka membagi pengalaman dan memberikan contoh serta praktek dalam garis perjuangan. Akhirnya wadah itu membuat saya bertahan dan terus aktif didalamnya, menerima senjata pengetahuan sebagai alat perlawanan melawan keterpurukan, penindasan dan segala bentuk absolutisme yang terjadi di Papua.

Sedikit cerita tentang saya bukanlah semata sebuah kesombongan namun itu merupakan keberhasilan tersendiri yang patut diapresiasi. Kita tentu mengalami banyak hal yang menjadi kendala dalam setiap proses yang kita lalui tapi itu bukanlah suatu yang menjadikan kita gagal atau harus berhenti. Individu maupun kelompok yang mengalami kegagalan diluar sana mereka masih terus berjuang meraih cita-cita atau visi mereka bahkan sebagian besar dari mereka sudah berhasil. Perbedaan generasi mahasiswa/i Fakfak di Jayapura dahulu dengan generasi hari ini, saya melihat semenjak kehadiran saya dari 2013 hingga saat ini banyak perbedaan yang signifikan dan saya menganggap bahwa generasi sebelumnya jauh lebih maju dibandingkan generasi sekarang, mengapa? Kita tidak dapat menyangkal bahwa kehidupan mahasiswa/i diera ini sudah dipermudahkan dengan alat penunjang aktivitas studi dan juga aktivitas diluarnya baik itu diterima secara individu maupun kelompok. Proses belajar mengajar, praktek-praktek yang diberikan baik intra kampus maupun ekstra semuanya sudah berkembang tidak seperti sebelumnya.

Kritikan yang sangat perlu diberikan terhadap generasi atau mahasiswa/i Fakfak di Jayapura ini sangat-sangat perlu agar kita dapat mengerti keadaan kita dan harus keluar dari yang namanya budaya malas, gossip, himpitan-himpitan atau geb antara senior dan junior yang tidak seimbang (melahir tumbuhkan masalah), hanya menambah persoalan dan menjadikan kita selalu berdebat seputar masalah yang sebenarnya jika bersama duduk dan membuka diri atau diskusi kemudian bergerak tanpa ada rasa ego pasti keadaan kita saat ini tidaklah demikian dan jauh lebih baik ketika semua itu kita lakukan berdasarkan logika rasional sebagai mahasiswa/i. Egoisme, patronisme, budaya malas dan gossip ini merupakan suatu hal yang selalu saya temukan, ada kepentingan senior atau alumni yang juga kemudian memainkan peran ini sehingga junior terjebak dalam gagasan tersebut. Geb antara ketiga basis mahasiswa/i Fakfak di Jayapura (Aspura, Aspuri dan Mess) yang saya ikuti semenjak asrama putra dipalang kira-kira 2014/2015 hingga saat ini, disini mulai datang banyak pengaruh-pengaruh negatif (bahkan politik praktis) dan sebagainya datang dari beberapa alumni, senioritas yang dengan kepentingan masing-masing menjerumuskan junior memiliki ketergantungan padanya dan melahirkan geb secara terus menerus. Kausalitas itu masih terus terjadi sehingga persatuan dari ke tiga basis ini masih menonjolkan sikap dan geraknya sendiri-sendiri.

Secara Singkat Gemafa dan hal-hal yang Kemudian Menjadi Kefakuman

Ada beberapa hal yang merupakan kemajuan-kemajuan kecil baik secara spontan dan berdasarkan konsensus telah dilakukan, ini merupakan langkah maju seperti agenda aksi mahasiswa/i Fakfak di Jayapura yang didiskusikan lalu mulai tampil pada tahun 2018 dan tahun 2019 di Fakfak dengan mendorong aksi meminta transparansi dan kejelasan mengenai beasiswa, mendesak penyelesaian asrama mahasiswa Fakfak di Jayapura dan meminta pertanggung jawaban sekaligus perhatian terhadap asrama Fakfak diseluruh kota studi, mengungkap kasus korupsi, dan mengkampanyekan hak-hak masyarakat adat. Memasuki tahun 2020 pasca penangkapan 23 tahanan politik Papua di Fakfak, mahasiswa/i Fakfak di Jayapura hendak melakukan kampanye media untuk pembebasan terhadap para tahanan politik. Semua proses itu merupakan hasil diskusi yang panjang dilakukan semenjak akhir tahun 2017, hampir setiap hari diskusi panjang dan pemetaan masalah yang membuat keganasan itu terus merong-rong pikiran mahasiswa/i dan pada akhirnya berdasarkan idealisme tersebut nama Gerakan Mahasiswa Fakfak (Gemafa) terbentuk.

Menyimak Gemafa secara rasional yang digagas kemudian konektivitas tentang agenda yang didorong diberbagai kota studi dan yang responsif pada saat itu ialah mahasiswa/I Fakfak di Manokwari, kemudian disusul beberapa mahasiswa/i Fakfak dari berbagai kota studi. Bahwa yang merancang Gemafa itu sendiri ialah mahasiswa/i Fakfak yang berada dari basis Mess Fakfak di Jayapura. Hal ini bukan semata menampilkan kesombongan atau puji diri baik individu atau kelompok tetapi yang lebih penting ialah perlu diketahui dan mestinya patut diapresiasi kemudian memberikan sumbangsih pikiran untuk terus mengembangkan Gemafa harus lebih aktif dan maju. Terhadap rekan-rekan mahasiswa/i, junior atau senior bahkan alumni dari berbagai kota studi mengenai Gemafa adalah hal penting untuk terbuka menerima saran, solusi dan kritikan, jangan mengembangkan egoisme atau melahirkan geb sebab apa yang saya tulis tentang sejarah singkat Gemafa merupakan sebuah realitas, bukan rekayasa. Sebagai bagian penuh dari Gemafa saya sangat mengapresiasi dan kemudian menyimak kondisi didalamnya maka perlu untuk memberikan kritikan dan saran karena ada mengalami kefakuman setelah kegiatan diskusi terakhir ditahun 2020 dilakukan pasca hangatnya isu Otsus dan situasi Papua yang sedang bergejolak. Setelah itu eksistensi Gemafa hingga saat ini menurun drastis, kegiatan-kegiatan diskusi, pemutaran film dan sebagainya tidak lagi diadakan.

Beberapa poin yang menjadikan Gemafa fakum diantranya; Pertama, sikap malas tahu dengan keadaan sehingga untuk mengadakan setiap kegiatan menjadi tertunda dan bahkan tidak jadi untuk dilakukan. Kedua, sikap saling mengharapkan (hilangnya kesadaran atau mempertahankan prinsip masing-masing) sehingga kondisi Gemafa berjalan ditempat. Ketiga, berbagai konsep diupayakan namun tidak ada pelaksanaan. Keempat, kurangnya kreativitas untuk membangun kekuatan dalam tubuh Gemafa. Kelima, Gemafa tidak mau dilihat sebagai alternatif mahasiswa/i untuk menjawab setiap persoalan. Keenam, Gemafa mengalami krisis kesadaran dalam setiap dinamika dan tidak peka terhadap situasi dan kondisi. Dari enam poin yang secara garis besar ditulis ini merupakan fakta yang hendak terjadi hingga saat ini.

Cerita Singkat Himpunan Mahasiswa Fakfak (HMF) dan Realitanya Saat ini

Langkah kemajuan kecil yang belum menjadi ukuran karena tidak secara aktif mendorong kegiatan atau hal-hal berupa pengembangan sumber daya, namun dapat diapresiasi karena dengan berbagai dorongan dan kerja sama dari junior dan senior sehingga membangkitkan HMF kembali karena mengalami kefakuman dalam rentan waktu yang begitu lama kira-kira dari tahun 2013 dan di tahun 2020 barulah kembali aktif. Sedikit cerita mengenai proses ini lahir dari diskusi yang dilakukan dari sudut-sudut asrama, di kamar-kamar dan bertemu kembali diruang besar untuk duduk bersama dalam pembasahan tersebut. Semangat yang tinggi mendorong diskusi-diskusi kecil diantara tiga basis dan kemudian mengadakan pertemuan besar untuk mengambil keputusan bersama dalam rangka musyawarah besar untuk membahas anggaran dasar dan anggaran rumah tangga berlangsung cukup maksimal. Ambisius merebut posisi pimpinan tersebut, semangat dari tiga basis ini berlomba-lomba menyiapkan calon pemimpin dengan visi dan misinya masing-masing. Semua proses itu berlangsung dengan baik hingga pada akhir rangkaian kegiatan musorma terpilih ketua himpunan dari basis asrama putra, bidang lainya diisi secara acak dari ketiga basis tersebut. Inilah Impian besar seluruh mahasiswa/i Fakfak di Jayapura dan terbukti merupakan suatu langkah keberhasilan.

Setelah HMF aktif dengan semangat yang baru maka diskusi dan pertemuan bulanan untuk membahas dan merancang agenda baru itu terus berjalan dengan baik. secara garis besar mengenai aktivitas HMF yang diamati selama ini pasca Musorma itu mengalami semangat dengan mengadakan diskusi-diskusi, pembahasan kebutuhan dalam tubuh HMF, beberapa kegiatan luar pun ikut terlibat, mendorong aspirasi mahasiswa/i ke pemerintah daerah, dan dengan keterbatasan atau kendala-kendala yang dialami HMF pun melalui kebersamaan dan semangat akhirnya menjadikan kekuatan untuk terus berpartisipasi aktif. Keaktifannya mulai terlihat dalam akhir tahun 2020 hingga 2021 ini mulai menunjukan spiritualitas HMF sedang menuju pada kondisi layaknya dikatakan fakum “mengulang kisah yang sama” berbagai aktivitas mulai redup. Ambisius sebelumnya telah berbeda dengan keadaan sekarang. Tentu ada kausalitas sehingga HMF dapat dikatakan demikian, oleh sebab itu saya mencoba mengutarakan beberapa hal yang kemudian melahirkan kondisi tersebut. Pertama, HMF tidak berkembang karena melanggengkan krisis kesadaran sehingga sampai saat ini berjalan seperti tubuh tanpa roh. Kedua, secara ilmiah tidak ada aktivitas yang dilakukan sebagai upaya pengembangan sumber daya. Ketiga, situasi dan kondisi yang terjadi didalam tubuh HMF tidak direspon beradasarkan logika rasional. Keempat, semua melihat hal ini dengan keadaan mata buta dan telinga tuli.

Generasi yang hendak saya ikuti dari 2013 hingga saat ini dan tidak semuanya tetapi ini merupakan fakta, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadi lambatnya perkembangan dalam tubuh mahasiswa/i baik secara individu atau kelompok, faktor tersebut diantaranya: faktor Malas ini banyak hal yang kemudian menjadi kebiasaan diantaranya malas berpikir, membaca, diskusi, keterlibatan dalam berbagai kegiatan kampus dan organisasi lainnya. Disebut malas ini kemudian menjadi sebuah budaya (budaya malas) yang terus tumbuh sehingga dapat dikatakan demikian. Tentu banyak hal yang menjadikan sikap malas itu hadir yang dipengaruhi dari misalkan pembawaan sejak SMA/SMK, pengaruh lingkungan juga menjadi bawaan kemana saja berada, dan satu hal yang juga menjadi penentu ialah bagaimana dalam keluarga itu menerapkan didikan terhadap anaknya. Kebiasan-kebiasaan ini ketika tidak dirubah maka tentu menjadi budaya yang melekat pada setiap individu dan kelompok. Dari budaya malas ini yang kemudian memiliki sikap ketergantungan sehingga terpatron terhadap orang lain. Sikap egois yang selalu terlihat ialah sulit menerima kritik orang lain, tidak mau berbagi, takut gagal, cenderung menyalahkan orang lain, dan sering membicarakan orang lain (bisa disebut sebagai gossip). Realita saat ini masih sangat kental dengan sikap ego sehingga lambat berkembang. Kurang Kreatif penyebab utama adalah mental block, sebab lainnya ialah tidak jelas arah tujuan (hanya ikut-ikutan), takut kegagalan (dapat mematikan ide kreatif), takut dikritik (justru mengehentikan seorang berpikir kreatif), homeostatis (keinginan alam bawah sadar untuk tidak melakukan perubahan atas kejadian masa lalu atau kehidupan sekarang. Ini akan sangat berpengaruh terhadap ketakutan dalam mencoba hal baru), dan berpikir pasif (tidak ada ide yang asli cenderung copy paste). Dari ketiga faktor tersebut masih terkontaminasi dalam tubuh mahasiswa/i sehingga sulit membawa dirinya untuk menerima kenyataan bahwa sesungguhnya yang harus dikerja, dimiliki, diperjuangkan adalah bagaimana memperkaya sumber daya dan mengembangkan potensi serta benar-benar memiliki kuallitas yang mapan.

Sebuah Solusi Alternatif

Sebuah solusi alternatif yang hendak dibangun untuk menunjang kebutuhan mahasiswa/i yakni perpustakaan buku mini yang baru saja dibentuk pada Sabtu, 10 Juli 2021 dengan nama Left Idealist Papua “memperkaya ilmu pengetahuan untuk perjuangan & pembebasan.” Komunitas ini dilakukan guna mempermudah mahasiswa/i dalam hal mengerjakan tugas, karya ilmiah, skripsi dan lain sebagainya. Penempatan perpustakaan buku mini tepatnya berada di Mess Fakfak dan dengan semangat beberapa mahasiswa yang terus berupaya mendorong beberapa kegiatan diskusi dan pemutaran film. Upaya lain masih tetap didorong sehingga dapat memperbanyak minat baca dan diskusi sehingga mampu menggeser budaya malas, ego, dan terpatronnya mahasiswa/i terhadap suatu hal. Sebagai solusi alternatif perpustakaan buku mini Left Idealist Papua tetap fokus mendorong berbagai bentuk kegiatan dan juga memperbanyak buku bacaan, saat ini keterbatasan buku dengan jumlah 134 dari berbagai bacaan diantaranya tentang Sejarah Papua, Hukum, Politik, Ekonomi, Gerakan Sosial, Agama, dan bacaan Inspiratif. Perpustakaan ini dibentuk bukan semata kepentingan suatu basis sehingga tidak dapat membatasi siapa saja yang dapat hadir.

Ilmu dan pengetahuan semakin besar, kritik otokritik, perdebatan, diskusi, pengkajian, pengamatan, eksperimen dan sebagainya telah membuat kehidupan di dunia semakin jauh berkembang dan terus berubah. Menjadi seorang mahasiswa/i, lebih dari pada itu, gelar mahasiswa/i merupakan kebanggaan sekaligus tantangan, karena sesungguhnya mahasiswa/i adalah seorang agen pembawa perubahan yakni menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyarakat, bangsa, diberbagai belahan dunia. Sebagai agent of change yakni seseorang yang memiliki tugas merencanakan pembangunan atau merumuskan kembali tujuan-tujuan dan juga memusatkan kembali perhatiannya pada situasi-situasi yang bermasalah serta berupaya mencari solusi yang inovatif untuk mengatasinya permasalahan yang dihadapi. Sebagai sosial kontrol, mahasiswa berperan sebagai pengontrol kehidupan masyarakat, dengan cara menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah dengan menyampaikan aspirasi masyarakat serta mengkritisi setiap kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Sebagai iron stock yaitu mahasiswa/i yang diharapkan menjadi manusia yang tangguh yang memiliki kemampuan dan ahklak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi sebelumnya. Selain ketiga hal utama yang telah disebutkan, masih ada beberapa peran dan fungsi mahasiswa/i, yaitu; sebagai guardian of value artinya menjaga nilai-nilai positif yang bisa membawa negara lebih maju yaitu nilai kebaikan. Sebagai moralforce, mahasiswa berperan sebagai kekuatan moral yakni mahasiswa harus mempunyai acuan dasar dalam berperilaku, seperti memiliki pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang mencerminkan adanya moral yang baik pada dirinya.

Terakhir saya mau mengutip kata-kata penting dari beberapa tokoh terkemuka untuk mahasisiswa/i Fakfak:

“Kau ingin jadi apa? Pengacara, untuk mempertahankan hukum kaum kaya, yang secara interen tidak adil? Dokter, untuk menjaga kesehatan kaum kaya, dan menganjurkan makanan yang sehat, udara yang baik, dan waktu istirahat kepada mereka yang memangsa kaum miskin? Arsitek, untuk membangun rumah nyaman untuk tuan tanah? Lihatlah disekelilingmu dan periksa hati nuranimu. Apa kau tak mengerti bahwa tugasmu adalah sangat berbeda: untuk bersekutu dengan kaum tertindas, dan bekerja untuk menghancurkan sistem yang kejam ini?” begitu ungkapan Victor Segre dari Bolshevik.

“Jika kita menghamba kepada ketakutan, kita memperpanjang barisan perbudakan. (saya meyakini barisan perbudakan ini masih terus mengalir” ungkapan Wiji Thukul.

“Saat kebodohan menguasai kesadaran maka kesadaran memiliki hak untuk membuat hal paling bodoh.” begitu kata Ibnu Sina.

***

Referensi:

Murtiningsi, Siti. (2004). Pendidikan Alat Perlawanan: Teori Pendidikan Radikal Paulo Freire. Yogyakarta: Resist Book.

Video (00;03;19/MP4). Devinisi Peran dan Fungsi Mahasiswa! Manusia Pembawa Perubahan.

“Membangkitkan Kembali Kesadaran Mahasiswa/I” sebuah topik diskusi di asrama Fakfak, Jayapura.

Elias Hindom
Penulis adalah Sekjen Gerakan Perjuangan Rakyat Papua (GPRP)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kirim Donasi

Terbaru

LBH Papua: Pemerintah dan Komnas HAM Melanggar Hak Buruh Moker PT. Freeport

Siaran Pers Pemerintah dan Komnas HAM Republik Indonesia Turut Melanggar...

May Day 2024: Mari Bikin Barisan Revolusioner di Papua!

Nampaknya 1 Mei yang diperingati di seluruh dunia sebagai Hari Buruh Internasional tidak begitu popular di Papua. Kebangkitan perlawanan...

Rekonstruksi Identitas Orang Papua Melalui Perubahan Nama Tempat

Irian berubah menjadi Irian. Masyarakat Papua atau orang-orang yang memiliki perhatian terhadap perkembangan Papua pasti bisa membedakan kedua Irian...

Rosa Moiwend dan Kesalahan Teori Patriarki

Rosa Moiwend, salah satu kamerad kita di Papua menulis di media Lao-Lao Papua pada 9 Juni 2023, bahwa gerakan...

Ekofeminisme dan Hubungan Antara Perempuan dengan Hutan Sagu

Sebuah pandangan mengenai hubungan antara perempuan dengan hutan sagu di Kampung Yoboi, Sentani dan bagaimana mengujinya dengan perspektif ekofeminisme. Sagu...

Rubrikasi

Konten TerkaitRELATED
Rekomendasi Bacaan