Pada Senin, 6 September 2021 kita dikagetkan dengan suatu masalah dalam gerakan pembebasan di tanah air Papua Barat. Sebuah kepemimpinan dalam organisasi Gerakan Mahasiswa Pemuda dan Rakyat Papua (Gempar-Papua) kepemimpinan kawan Yason Ngelia selama satu periode (2017-2020) telah dikudeta oleh kawan Nelius Wenda dan kawan-kawannya melalui proses Kongres Luar Biasa (KLB) yang dilaksanakan pada hari Sabtu-Minggu tanggal 4-5 September 2021. Terlepas dari dinamika internal yang melatarbelakanginya sehingga kudeta pun terjadi. Menurut saya proses itu merupakan sebuah tindakan yang sangat tidak demokratis dalam prinsip perjuangan revolusi Papua Barat.
Pada tulisan ini saya tidak membela pihak manapun, entah kawan Yason ataupun kawan Nelius tetapi tulisan hanya untuk menjelaskan cara bagaimana menyelesaikan suatu persoalan dalam gerakan perjuangan secara bermartabat, demokratis, dan kolektif, tanpa merugikan kelompok atau individu manapun dalam gerakan.
Yang mesti harus dipahami oleh kawan-kawan gerakan bahwa kudeta adalah sebuah tindakan pembalikan kekuasaan terhadap seseorang yang berwenang dengan cara ilegal dan sering kali bersifat brutal, inkonstitusional berupa penggambilalihan kekuasaan atau penggulingan kekuasaan. Dalam tradisi gerakan kiri revolusioner, kudeta merupakan tindakan politik reaksioner dan anti demokrasi, dan atau anti ketidakkolektifan dan tidak demokratisan dalam organisasi kiri revolusioner.
Gerakan kiri revolusioner mengedepankan kritik otokritk yang tak mengenal lelah kepada individu gerakan yang lalai dalam prinsip perjuangan. Perjuangan kita merupakan perjuangan rakyat maka sebagai pelopor gerakan harus mengedepankan proses demokrasi atau demokratisasi sebagai landasan untuk menyelasaikan semua persoalan dalam gerakan rakyat.
Setiap kawan kita atau individu kita dalam gerakan memiliki kelemahan dalam diri kita dan juga memiliki kelebihan. Jika kita memiliki kelemahan dalam perjuangan jangan pernah kita takut untuk dikritik oleh kawan-kawan kita karena kita berjuang untuk melayani rakyat.
Jika suatu kesalahan dibiarkan, maka kita akan membiarkan kesalahan-kesalahan justru akan merusak organisasi dan persatuan yang telah lama kita bangun dengan segala pengorbanan dalam gerakan dan bersama rakyat.
Pentingnya Kritik Otokritik
Individu atau kelompok gerakan yang anti kritik merupakan individu reaksioner anti demokrasi dalam perjuangan pembebasan nasional Papua Barat. Bahwasanya perjuangan demi rakyat dan mati demi rakyat dan tanah air Papua Barat. Jika suatu kesalahan tidak kita selesaikan dengan cara yang bermartabat, demokratis, dan kolektif, maka kita telah mencoreng nilai-nilai kesucian dalam perjuangan itu sendiri.
Kritik otokritik adalah senjata ampuh untuk memecahkan segala kesulitan, memperbaiki kesalahan, dan memajukan perjuangan secara praktek. Oleh karenanya, mesti kita tidak takut akan dikritik juga kita mengkritik. Justru dengan kritik otokritik, kita dapat membersihkan kebiasaan jelek dan merawat serta memelihara yang baik. Seperti yang sering kita katakan bahwa sebuah ruangan akan bertumpuk dengan debu, jika tidak pernah dibersihkan dan juga muka kita akan kelihatan kotor jika tidak pernah dicuci. Demikian juga pikiran dan pekerjaan kita juga perlu untuk dibersihkan dan dicuci dengan teratur.
Prinsip yang penting dalam kritik otokritik adalah belajar dari kesalahan masa lalu untuk lebih hati-hati di masa depan dan mengobati penyakit dan menyembuhkan pasien. Kesalahan-kesalahan di masa lalu harus dibongkar dengan tidak segan-segan, keburukan masa lampau harus dianalisa dan dikritik secara ilmiah. Agar pekerjaan di kemudian hari dapat dilakukan dengan lebih hati-hati dan lebih baik. Itulah arti belajar dari kesalahan masa lalu untuk lebih hati-hati di masa depan.
Cara melakukannya adalah seperti seorang dokter mengobati orang sakit, yaitu untuk menyelamatkan si sakit itu dan bukan untuk membuat orang mati. Kritik otokritik tidak ditujukan untuk membuat perpecahan, tetapi justru untuk memperkuat persatuan dan memajukan perjuangan. Oleh karenanya, kritik otokritik tidak boleh dilakukan secara serampangan dengan maksud mencari-cari kesalahan orang lain atau untuk melampiaskan dendam. Karena jika hal tersebut dilakukan, maka hanya akan merusak persatuan dan memundurkan perjuangan.
Individu atau kelompok reaksioner borjuis yang anti demokrasi dan anti kritik otokritik memiliki watak-watak menghancurkan gerakan massa. Beberapa watak yang ada dalam benak mereka kaum reaksioner borjuis kecil, yaitu:
Pertama: pikiran heroisme. Artinya dia hanya mau mengerjakan pekerjaan yang besar-besar saja dan menjauhi pekerjaan yang kecil-kecil. Pekerjaan yang disukainya, yakni yang menyebabkan namanya terkenal oleh orang banyak, dia menjadi perang ternama. Jika dari pimpinan dia menerima tugas kecil-kecil, bukannya yang besar-besar dan membuatnya ternama, maka dia akan mengkritik pimpinan tersebut sebagai orang yang tidak mengenal kepandaian yang ada di dalam dirinya.
Kedua: mengejar kesenangan. Artinya ia tidak suka berserikat. Segala hal harus menurut kehendaknya sendiri. Kalau dia senang dia akan kerjakan, kalau tidak, masa bodoh. Tidak mengenal disiplin. Dia takut mendapat kesukaran, tidak kuat menerima pukulan. Jika bekerja, ingin cepat melihat hasilnya.
Ketiga: sikap dipuja-puji. Artinya untuk mendapat pujian, dia senantiasa berlagak tahu semua persoalan. Supaya dia dipuja sebagai orang yang pandai, bijaksana, dan sebagainya. Dia takut mendapat malu di depan umum, dia takut mengakui kesalahan.
Keempat: sikap berdasarkan sentimen. Artinya ia akan mengangkat anggota-anggota yang dekat secara emosional dan yang tidak mengkritik dia serta suka memberikan sanjungan dan pujian. Tentu saja hal itu akan melahirkan kelompok yang tidak menyukainya. Ke atas senantiasa menuntut supaya diberi tugas yang sesuai dengan keinginannya.
Watak-watak individu burjuis reaksioner dalam gerakan pembebasan nasional Papua tidak terlepas dari hal-hal di atas yang tidak berusaha menempa diri dalam perjuangan yang keras. Watak-watak individu burjuis reaksioner tersebut misalnnya, pertama: ketika menghadapi keadaan yang dapat menimbulkan bahaya, dia menjadi bimbang dan ragu. Sikap demikian pun muncul ketika dia menghadapi keadaan yang sukar. Kedua: menerima dan mengakui kenyataan, tetapi kalau sukar, dia akan mencari alasan untuk menolaknya. Ketiga, keadaan masyarakat lama, di mana ada yang kaya dan miskin. Pikirannya mengejar kesenangan. Dan keempat, ketika keadaan berubah, dia akan bersikap optimis berlebihan bila situasi tampak membaik. Namun, dia bersikap pesimis berlebihan pada saat keadaan menjadi buruk.
Mengapa seorang aktivis borjuis reaksioner anti terhadap kritik otokritik? Pertama, yang bersangkutan takut dikritik dan karena itu menindas kritik, kedua, kritik digunakan sebagai alat penyerang, ketiga, tidak mengkritik untuk menjaga persahabatan, keempat, otokritik secara memutar-mutar, dan kelima, kurang memeriksa permasalahannya dan kurang analisa.
Alternatif menurut saya, untuk mengatasi semua persoalan yang terjadi dalam gerakan kita maka perlu bagi setiap aktivis revolusioner untuk mengatasi watak-watak b0rjuis tersebut dengan melakukan, yaitu, pertama, harus banyak membaca buku-buku teori maju, kedua, menyeburkan diri dalam gerakan massa, ketiga, belajar dari massa, menggunakan jalan massa, keempat, bisa maju karena objek. Kemajuannya tergantung dari subjek, gerakan dalam diri seseorang, dan kelima, pendidikan cara berpikir, beri kesempatan pada anggota untuk mengutarakan pendapat.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kawan-kawan gerakan di Papua, khususnya kawan-kawan Gempar-Papua yang telah melakukan kemajuan-kemajuan dengan langkah-langkah ini.
Luar Biasa Hormat