Pilihan Redaksi AMA: Konser Reggae di Paniai Jangan Jadi Pengalihan Isu

AMA: Konser Reggae di Paniai Jangan Jadi Pengalihan Isu

-

Pernyataan Sikap

Masyarakat Adat Papua (AMA)

Pada tanggal 12 Februari 2022, gerakan Asosiasi Masyarakat Adat (AMA), komunitas Anak Lahir Besar Enarotali (Alie), komunitas Paniai Bersaudara (Panbers), bersama panitia Pemuda Peduli Paniai telah menyelenggarakan aksi penanaman 3000 bibit pohon di beberapa titik rawan longsor dari Udaugi sampai Aikai di Paniai. AMA, Alie, Panbers, bersama panitia Pemuda Peduli Paniai membuka acara sekaligus penanaman tepat pada pagi pukul 10:00 di lapangan Karel Gobay, Paniai.

Tetapi kami melihat di beberapa sumber media memberitakan kegiatan aksi ini tanpa memberitakan situasi kerja di lapangan pada aksi penanaman pohon. Media justru tidak memberitakan adanya gerakan AMA, Alie, dan Panbers dalam kegiatan ini.

Juga kami melihat dan membaca situasi yang sedang berkembang di Paniai, juga konser reggae yang bertepatan dengan pertemuan oleh Menkopolhukham bersama 22 insittusi pemerintah yang akan dilaksanakan di Jakarta yang menurut AMA tidak mengakomodir kepentingan rakyat Papua.

Sehubungan dengan aksi penanaman pohon, acara konser reggae yang di dukung oleh pemerintah Kabupaten Paniai dan beberapa komunitas lainya, juga menyikapi pertemuan oleh Menkopolhukham bersama 22 institusi pemerintah di Jakarta pada tanggal 14 Februari 2022, secara khusus Asosiasi Masyarakat Adat (AMA) menyikapi beberapa poin:

Pertama: Secara gerakan, AMA tidak ikut terlibat dalam kepanitiaan konser reggae pada tanggal 14 Februari 2022.

Kedua: AMA hanya bertangung jawab penuh sekaligus menjadi kordinator dan fasilitator dalam aksi penanaman 3000 pohon pada tanggal 12 Februari 2022.

Ketiga: Penanaman pohon sudah menjadi program AMA dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang bahkan sebelum adanya kegiatan aksi penanaman pohon pada tanggal 12 Februari 2022.

Keempat: Aksi pembibitan dan penanaman pohon murni dari gerakan AMA, komunitas Alie, komunitas Panbers, dan terbagi dalam beberapa kordinator mulai dari kampung Yatamo, Aikai, Awabutu, Nunubado, dan Madi.

Kelima: AMA menolak dengan tegas pertemuan yang diselengarakan oleh Menkopolhukham bersama 22 institusi pemerintah pada 14 Februari 2022 di Jakarta atas permintaan Komisi Tinggi Dewan HAM PBB untuk mengklarifikasi dugaan pelanggaran HAM di Papua.

Keenam: AMA menghimbau kepada masyarakat di Paniai agar konser reggae pada tanggal 14 Februari 2022 di lapangan Karel Gobai tidak boleh di politisir oleh oknum-oknum tertentu dan tidak boleh jadi pengalihan isu dalam pertemuan di Jakarta pada tanggal 14 Februari 2022.

Demikian pernyataan sikap ini kami buat. Atas perhatiannya kami ucapkan banyak terima kasih.

Paniai, 13 Februari 2022

Asosiasi Masyarakat Adat (AMA)

Humas

Musa Pekey

Redaksi Lao-Lao
Teori pilihan dan editorial redaksi Lao-Lao

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kirim Donasi

Terbaru

Rekonstruksi Identitas Orang Papua Melalui Perubahan Nama Tempat

Irian berubah menjadi Irian. Masyarakat Papua atau orang-orang yang...

Rosa Moiwend dan Kesalahan Teori Patriarki

Rosa Moiwend, salah satu kamerad kita di Papua menulis di media Lao-Lao Papua pada 9 Juni 2023, bahwa gerakan...

Ekofeminisme dan Hubungan Antara Perempuan dengan Hutan Sagu

Sebuah pandangan mengenai hubungan antara perempuan dengan hutan sagu di Kampung Yoboi, Sentani dan bagaimana mengujinya dengan perspektif ekofeminisme. Sagu...

Ancaman Pembangunan Terhadap Lahan Berkebun Mama Mee di Kota Jayapura

"Ini kodo tai koo teakeitipeko iniyaka yokaido nota tenaipigai, tekoda maiya beu, nota tinimaipigai kodokoyoka, tai kodo to nekeitai...

Memahami Perempuan (Papua) dari Tiga Buku Nawal El Saadawi

Sebuah ringkasan secara umum Pengantar Isu feminisme di Papua pada umumnya masih banyak menuai pro dan kontra. Itu bisa kita temukan...

Rubrikasi

Konten TerkaitRELATED
Rekomendasi Bacaan