Kehadiran West Papua Feminist Forum (WPFF) sebagai forum perempuan feminis di Tanah Papua adalah bagian dari jejaring dan koalisi dari Pasific Feminist Forum (PFF). Jejaring ke kawasan Pasifik seolah senyap dalam gerakan perempuan Papua. WPFF menyadari pentingnya membangun sebuah gerakan feminis kolektif di Pasifik. Forum ini sendiri adalah bagian dari Pasific Feminist Forum ke-3 tahun 2022 yang diselenggarakan di beberapa negara Pasifik dengan dukungan dari Kementerian Luar Negeri Australia melalui We Rise Coalition dan The European Union in the Pacific-UN Spotlight Programme. Secara khusus pertemuan konsolidasi awal dan deklarasi peluncuran WPFF berlangsung di Jayapura pada 28 November 2022 dengan tema “Membangun Gerakan Kolektif Feminis Papua untuk Dekolonisasi dan Keadilan”
PFF adalah ruang transformatif bagi para feminis Pasifik guna menggumuli dan merefleksikan dua arus isu utama, yaitu kesetaraan gender dan hak asasi perempuan. PFF adalah ruang bertemunya para aktivis feminis dari kawasan Pasifik untuk bertukar gagasan, inspirasi, dan perspektif dari daerah mereka masing-masing. Ruang PFF sangatlah penting untuk memediasi kendala geografis dari negara-negara Pasifik dengan kesenjangan sosial dan ekonomi yang ada. Situasi inilah yang menyebabkan perempuan di kawasan Pasifik menghadapi kesulitan bersolidaritas secara fisik sehingga menyebabkannya terisolasi karena dipisahkan oleh lautan terbesar di dunia ini.
Tantangan dan kesulitan itulah yang menjadi perhatian dari PFF untuk kemudian membentuk ruang transformatif dengan mengadakan pertemuan-pertemuan regional guna membangun strategi dan gerakan feminisme Pasifik. Forum ini mengundang dan mendengarkan pandangan perempuan yang beragam untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, merayakan pencapaian dan menyusun strategi aksi kolektif untuk memperjuangkan hak kemanusiaan perempuan. PFF tidak lupa untuk mengidentifikasi tantangan untuk kemudian merumuskan bersama-sama visi, strategi, aliansi yang terus-menerus diperkuat, dan merumuskan gerakan politik perempuan Pasifik secara bersama-sama.
Membuka Jaringan Feminis Pasific
PFF perdana dilaksanakan di Universitas Pasifik di Suva, Fiji, dari tanggal 28-30 November 2016 selama tiga hari. Lebih dari 100 perempuan Pasifik berkumpul saling berbagi, bertukar pemikiran, dan merayakan pencapaian gerakan feminis di negaranya masing-masing. Pada pertemuan perdana ini sebagai medium untuk konsolidasi untuk melakukan inventarisasi masalah kolektif. Tema dari pertemuan perdana ini adalah Mapping Journeys, Building Movements (Memetakan Perjalanan, Membangun Gerakan). Sementara pertemuan kedua PFF berlangsung di Pearl Resort, Pacific Harbour Fiji pada 20 -22 Mei 2019.
Pada pertemuan kedua ini memfokuskan melihat ke kondisi internal perempuan sendiri dengan melihat sistem pendukung dan elemen-elemen solidaritas yang mendukung perempuan, dan bagaimana merumuskan strategi untuk bersatu dan bersolidaritas untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan kesetaraan gender. Tema PFF ke-2 ini adalah Sustaining Solidarity, Resistance, and Revolution (Menjaga Solidaritas, Perlawanan, dan Revolusi). Pertemuan ke-3 PFF berlangsung secara online dengan tema Embracing the collective power of our movements (Merangkul kekuatan kolektif gerakan kita). Namun sebelumnya, pada April 2021 PFF telah membentuk The We Rise Coalition yang terdiri dari tujuh organisasi feminis di kawasan Pasifik, yaitu: femLINKpacific di Fiji, Fiji Women’s Rights Movement di Fiji. International Women’s Development Agency di Australia, Brown Girl Woke di Samoa, Talitha Project di Tonga, Sista di Vanuatu dan organisasi Voice for Change dari Papua New Guinea.
Pertemuan konsolidasi awal dan deklarasi West Papua Feminist Forum (WPFF), dalam buku program yang dibagikan kepada peserta tersebut bertujuan untuk:
- Membuka ruang bagi perempuan-perempuan di Papua untuk mengenali realitas -realitas perempuan yang ada di Papua.
- Media berefleksi, berimajinasi serta saling berbagi dan menyatukan pemikiran di antara perempuan-perempuan Papua yang datang dari berbagai macam komunitas dengan isu dan cara-cara advokasi yang berbeda-beda.
- Mendapatkan rekomenasi-rekomendasi sehubungan dengan apa saja yang bisa kita lakukan bersama untuk mengatasi persoalan-persoalan dalam realitas-realitas Perempuan di Papua.
- Menyatukan perempuan dari berbagai komponen yang ada di Papua untuk berbicara tentang hak-hak perempuan dan membongkar mindset (cara berpikir) yang salah yang selama ini memasung Perempuan di Papua.
- Menjadikan perempuan Papua memahami realitas-realitasnya dan membangun pemahaman bersama dari berbagai perspektif.
- Menjadi ajang pembelajaran, dan juga sharing pengalaman serta pengetahuan di antara para perempuan Papua, yang bergerak dalam segala lini yang ada di masyarakat.
- Terbangunnya jaringan kerjasama dengan gerakan feminisme di kawasan Pasifik dan global bisa terbangun sehingga isu Papua tidak hanya menjadi isu lokal saja namun bisa di advokasi bersama di tingkat kawasan.
- Menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang akan menjadi pokok pikiran dalam menetapkan program kerja untuk masa mendatang.
- Membangun pemahaman bersama tentang posisi, peran serta serta hak-hak perempuan Papua.
- Terkonsolidasinya individu maupun lembaga yang berbicara tentang isu perempuan atau hak-hak perempuan di Papua.
Sepuluh tujuan dari konsolidasi awal tersebut diharapkan menjadi panduan dalam kegiatan WPFF ke depannya. Menjadi ruang bersolidaritas dan gerakan perempuan Papua dengan kelompok-kelompok marginal lainnya menjadi salah satu tujuan utama WPFF ke depannya. Kontinyuitas dan konsistensi serta menjangkau sebanyak mungkin kelompok perempuan dan minoritas menjadi salah satu tantangan ke depan dari WPFF. WPFF membuka ruang solidaritas dan gerakan bersama untuk perempuan Papua dan kelompok minoritas berekspresi dan menyampaikan pendapatnya.
Kegiatan konsolidasi awal dan deklarasi WPFF ini berlangsung sehari penuh di Jayapura pada 28 November 2022 yang diisi dengan berbagai rangkaian kegiatan, yaitu: Orasi Feminis dengan topik “Membangun Gerakan Kolektif Feminis Papua untuk Dekolonisasi dan Keadilan“. Rangkaian acara berikutnya adalah diskusi panel dengan topik “Membangun Gerakan Kolektif Feminis Papua untuk Dekolonisasi dan Keadilan“ dengan beberapa materi, yaitu: Apa itu Feminisme: Connecting the Disconnect in Gobal Feminism, Tantangan Perempuan Dalam Gerakan Lingkungan, Perempuan Papua dan Politik: Akses dan Partisipasi, Hak atas Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan, Kondisi dan Tantangan Kebebasan Berekspresi Perempuan Papua, dan Praksis Gerakan Dekoloniasasi: Mencari Gerakan Sosial Feminis Papua.
Konsolidasi awal WPFF juga dilanjutkan dengan sidang komisi yang terbagi dalam lima komisi, yaitu: perempuan Papua dalam perjuangan keadilan ekologis, perempuan Papua dalam akses dan partisipasi politik, perempuan Papua dan hak atas kesehatan serta reproduksi, perempuan Papua dan kebebasan berekspresi, perempuan Papua dalam kajian dekolonisasi. Hasil yang diharapkan dari lima komisi tersebut adalah merumuskan pokok-pokok pikiran dan rekomendasi-rekomendasi kunci.
***