Mengenal Feminis Sosialis saja tidak cukup. Kita harus mengenal siapa saja tokoh dibaliknya. Adalah Clara Zetkin namanya, perempuan revolusioner yang menjadi tokoh penting penggagas Hari Perempuan Internasional Pertama (1911). Salah satu tokoh paling penting dalam gerakan pembebasan perempuan Internasional dan sebagai salah feminis sosialis yang namanya terus dikenal hingga hari ini. Kita akan melihat pemikirannya yang relevan dengan situasi pembebasan perempuan Papua hari ini.
Mengenal Clara
Clara Zetkin lahir di Wiederau, Jerman pada 5 Juli 1857 dengan nama asli Clara Eissner. Ia adalah anak dari Gottfried Eissner dan Josephine Vitale Eissner. Sejak muda, Clara telah menyaksikan kondisi kehidupan buruh yang miskin dan menderita. Karena ayah Clara telah meninggal, maka Ibunya, Josephine yang menjadi salah satu pendorongnya untuk belajar dan berjuang, termaksud berjuang bagi hak-hak perempuan. Konon, sang Ibu juga merupakan aktivis feminis.
Clara adalah agitator, propagandis, dan merupakan salah satu teoritikus marxis yang berasal dari Jerman. Ia aktif di Sozialistische Arbeitrpartei Deutschlands atau Partai Pekerja Sosialis Jerman (SAPD). SAPD menjadi salah satu partai yang terlibat dalam Pemilu 1877 di Jerman dan berhasil mendapatkan nyaris 500.000 suara. Namun sebagai akibat dari upaya pencobaan pembunuhan Kaisar Wilhem I pada awal tahun 1878, ini kemudian dijadikan dalil oleh Kanselir Otto von Bismarck untuk mengeluarkan Undang-Undang Anti Sosialis, maka sejak 12 Oktober 1978 semua aktifitas terkait sosialisme dilarang, termaksud SAPD. Padahal tak ada anggota SAPD yang terlibat dalam upaya percobaan pembunuhan tersebut.
Clara terlibat dalam kerja-kerja bawah tanah yang dilakukan oleh partai. Sekitar bulan November 1882 Clara pindah ke Paris, Perancis. Namanya berubah menjadi Clara Zetkin setelah ia menikah dengan Ossip Zetkin, seorang marxis yang berasal dari Rusia. Ossip sendiri diusir dari Jerman karena aktivitas politiknya.
Di Paris, Clara dan Ossip memiliki dua anak, yaitu Maxim dan Konstantin. Ossip adalah orang yang selalu mendukung perjuangan Clara untuk berjuang bagi hak-hak perempuan. Pada 29 Januari 1889, Ossip harus meninggal lebih dulu karena sakit TBC yang dideritanya.
Tepat di tahun 1890 Undang-Undang Anti Sosialis dihapuskan di Jerman dan SAPD mengubah nama menjadi Partai Demokrasi Sosial Jerman (Sozialdemokratische Partei Deutschelands atau SPD). Clara sepanjang hidupnya begitu getol memperjuangkan hak-hak perempuan. Clara menerbitkan sekaligus menjadi editor surat kabar SPD bernama Gleichheit yang artinya keseteraan.
“Sebesar apapun perjuangan revolusioner oleh proletariat untuk menaklukkan kekuatan politik, tanpa mencapai sebuah masyarakat sosialis dan pembebasan perempuan, akan tetap menjadi mimpi kosong.” Ini dituliskan oleh Clara Zetkin pada 25 Maret 1903 dan diterbitkan oleh Die Gleichheit
Pada tahun 1909 Die Gleichheit yang dikelola oleh Clara mampu mencapai 82.000 pelanggan dan pada tahun 1914 melonjak hingga mencapai 125.000 pelanggan. Pelanggan Clara bukan sekedar perempuan di Jerman, melainkan skala internasional. Alenxander Kolontai, feminis sosialis asal Rusia juga menjadi salah satu pelanggan Gleichheit, ia kelak menjadi kawan karib Zetkin. Mereka saling memanggil Comrade atau kawan. Dalam perjuangan mereka, Kolontai sendiri membutuhkan Zetkin untuk membangun feminis sosialis di Rusia dan Zetkin membutuhkan Kolontai untuk menulis artikel di Gleichheit.
Clara juga terpilih menjadi Kepala Kantor Perempuan SPD. Bersama dengan kawan-kawannya, Clara mempelopori Hari Internasional Perempuan pada 8 Maret 1910. Sebagai Sekretaris Biro Internasional Perempuan Sosialis, Clara mengorganisir Konferensi Perempuan pada Maret 1915.
Dan masih banyak perjuangannya baik untuk perempuan, maupun untuk partainya SPD yang kelak akan mengalami perpecahan dalam partai hingga ia bersama Rosa Luxemburg dan Karl Liebknecht mendirikan Liga Spartakis dan Partai Sosial Demokratis Jerman Independen (USPD) yang pecah dari SPD karena mengambil sikap menentang perang.
Menelisik Pemikiran Zetkin
Banyak hal yang penting dari pemikiran Clara jika kita ingin menemukan titik relevansi antara Perempuan Papua dan Sosialisme. Clara menciptakan garis tegas antara pemikiran feminis borjuis dan feminis sosialis. Salah satunya adalah mengenai Hak Pilih. Di awal tahun 1900an, isu Hak Pilih menjadi kebutuhan perempuan yang diperjuangkan, baik oleh feminis borjuis maupun perempuan proletar. Apa yang membedakan keduanya? Motivasi kedua gerakan ini. Gerakan perempuan kelas menengah mengatakan bahwa perempuan bisa mendapatkan hak pilih jika ia memiliki kekayaan, memiliki properti dan membayar pajak, yang membuat mereka bisa mendapatkan suara dan jabatan.
Dalam makalah yang dibacakan Clara dalam Konferensi Perempuan pada tahun 1906 di Mannhein, yang diberi judul Sosial-Demokrat dan Hak Pilih Perempuan, Clara menulis, “Ketika kita menuntut hak pilih perempuan, hal itu bukan didasari pada hak yang melekat pada seorang perempuan akibat dari kepemilikan sejumlah properti, tetapi harus melekat pada diri perempuan itu sendiri sebagai suatu kesatuan yang utuh dari perempuan itu sendiri. Semua perempuan, apapun posisi mereka harus menuntut kesetaraan politik sebagai sarana kehidupan yang lebih bebas dan seorang yang diperhitungkan untuk menghasilkan keadilan sosial bagi masyarakat. Para perempuan pekerja menuntut hak pilih tidak hanya untuk mempertahankan kepentingan ekonomi dan kehidupan moral mereka, tetapi mereka menginginkannya bukan hanya sebagai bantuan melawan penindasan kelas mereka oleh laki-laki, melainkan mereka sangat menginginkan hal itu untuk membantu perjuangan melawan kelas-kelas kapitalis. Kita menuntut Hak Politik yang setara dengan laki-laki, agar bersama mereka, kita dapat bersama-sama membuang rantai yang mengikat kita, dan agar kita dapat menggulingkan dan menghancurkan masyarakat kapitalis ini”.
Situasi perempuan saat itu membuat Clara berjuang agar perempuan bisa mendapatkan Hak Pilih dan tujuannya adalah untuk menghancurkan kapitalisme dengan menggerakan perempuan dan laki-laki proletar, untuk bergerak secara bersama menghancurkan musuh mereka, kelas borjuis dan kepemilikan pribadinya.
Clara menulis tentang Perempuan Berhutang pada Karl Marx pada 25 Maret 1903 dan tulisan ini diterbitkan oleh Die Gleichheit Stuttgart (Equality). Clara memberikan pengakuan pada konsep sejarah materialis yang ditulis oleh Marx. Baginya hanya konsep pemikiran Marx yang memungkinnya Clara pada masa itu untuk memahami pertanyaan perempuan dalam arus perkembangan sejarah universal dan titik terang hubungan sosial yang berlaku secara universal serta kebutuhan dan pembenaran historisnya.
Clara benar ketika mengatakan bahwa pemikiran sejarah materialis Marx atau yang disebut juga sebagai materialisme historis, telah memberikan sebuah analisa yang mendalam mengenai hubungan-hubungan keluarga serta takhayul yang melekat pada institusi bernama keluarga, namun Clara keliru jika ia menyebutkan bahwa materialisme historis dapat dipakai melihat perempuan dalam arus sejarah universal. Marx sendiri menggunakan materialisme historis untuk melihat perkembangan corak produksi dan formasi sosial di Eropa. Kita memiliki berbagai suku-bangsa yang berbeda, yang mengharuskan kita untuk menggunakan materialisme historis untuk membedah dan menemukan posisi perempuan pada setiap fase sejarah perkembangan manusia yang tentu saja dapat berbeda di tiap bangsa. Terutama ketika kita berbicara tentang posisi perempuan di West Papua, serta sejak kapan ketidakadilan terhadap perempuan di Papua itu muncul. Sekali lagi, saya sepakat bahwa perempuan berhutang pada Marx karena tanpa Marx, sukar rasanya bagi Engels, Bebel, Zetkin dan semua teoritikus marxis lainnya untuk mampu merumuskan pemikiran mereka mengenai akar penindasan perempuan, menemukan garis pemisah antara perempuan proletar dan borjuis hingga menemukan gerakan pembebasan perempuan sebagai sebuah praksis demi tercapainya sosialisme.
Dalam pidato Clara pada Kongres Partai-Partai Sosial Demokrat Jerman, Gotha 16 Oktober 1896, Clara menyampaikan pesan, “Kita tidak boleh membiarkan diri kita dibodohi oleh tren sosialis dalam gerakan perempuan borjuis yang hanya berlangsung selama perempuan borjuis merasa tertindas”.
Pemisahan kita, perempuan proletar dan perempuan borjuis harus terus dilakukan, termaksud dalam membangun gerakan perempuan dan mewujudkan sosialisme. Mustahil menghapus penindasan dengan kelas borjuis yang hanya akan bersama dengan perempuan proletar hanya ketika mereka membutuhkan kuantitas perempuan dalam menentukan kebijakan yang hanya menguntungkan kelas mereka.
“Propaganda di kalangan perempuan sulit dan memberatkan serta membutuhkan pengabadian dan pengorbanan besar, tetapi pengorbanan ini akan dihargai dan harus dilanjutkan. Proletariat akan dapat mencapai pembebasannya hanya jika ia berjuang bersama tanpa perbedaan kebangsaan serta latar belakang profesi. Dan dengan cara yang sama ia dapat mencapai pembebasannya hanya jika ia berdiri bersama tanpa perbedaan jenis kelamin. Penggabungan massa besar perempuan proletar dalam perjuangan pembebasan kaum proletar adalah salah satu prasyarat untuk kemenangan gagasan sosialis dan untuk pembangunan masyarakat sosialis.” lanjut Clara dalam pidatonya.
Organisasi Khusus untuk Perempuan
Clara adalah salah satu perempuan revolusioner yang telah menyerahkan pikiran dan hidupnya untuk sebuah hal yang tidak dilihat secara serius, yaitu organisasi khusus bagi perempuan yang terintegrasi dengan partai. Banyak sekali kesalahan dalam memahami organisasi khusus yang dimaksudkan oleh Clara. Adalah Vladimir Lenin atau yang disapa Clara sebagai Comrade Lenin yang menguatkan Clara dengan sebuah pandangan bahwa, “Tidak ada gerakan massa yang nyata tanpa perempuan”.
Lenin berkata pada Clara, “Kita harus menciptakan gerakan perempuan internasional yang kuat, atas dasar teori yang jelas.” Gerakan perempuan seperti apa yang dimaksudkan oleh Lenin pada Clara? Lenin mengatakan pada Clara, “Tidak ada organisasi khusus untuk kaum perempuan. Seorang perempuan komunis adalah bagian dari partai seperti halnya seorang laki-laki. Tidak ada perbedaan pendapat tentang hal itu. Namun demikian, kita tidak boleh menutup mata pada kenyataan bahwa partai haruslah memiliki tubuh, kelompok kerja, komisi, komite, biro atau apapun yang kamu inginkan, yang tugas utamanya adalah untuk menjaga mereka tetap dibawah pengawasannya. Tentu saja hal itu melibatkan kerja sistematis di antara mereka. Kita harus melatih mereka, yang kita bangkitkan dan menangkan dan melengkapi mereka untuk perjuangan jelas proletar dibawah kepemimpinan partai komunis.”
Lenin dan Clara memiliki kesepakatan bersama bahwa begitu banyak masalah perempuan, dan bukan hanya perempuan proletar yang dipikirkan oleh Lenin, tetapi petani miskin yang juga menjadi mangsa kapitalisme.
Hal yang sama dapat dilihat di Papua dalam masyarakat adat. Kita tentu saja tidak dapat mengabaikan perempuan adat yang sedang berjuang di Papua melawan kapitalisme yang mengukung mereka dalam ketidaktahuan tentang sebuah corak produksi yang telah menghancurkan tatanan hidup mereka sebelumnya. Bagi Lenin, mereka juga harus di menangkan dan dilengkapi.
Lenin menaruh perhatiannya dengan seksama pada permasalahan perempuan yang menghadapi buta politik dan sosial akibat dari kondisi yang terjadi. Ia membenarkan apa yang dikatakan oleh Clara bahwa pandangan Clara mengenai organisasi perempuan ditabuhkan oleh kawan-kawan mereka. Bagi Lenin, ini dianggap sebagai penyesat terhadap pemikiran. Sebab dengan sadar Lenin mengakui rendahnya partisipasi perempuan berdasarkan jumlah mereka di dalam partai, bahkan Soviet Rusia sekalipun. Jumlah perempuan di dalam partai tidak pernah sebanyak jumlah laki-laki.
Lenin berkata pada Clara mengenai kawan-kawan mereka yang menolak badan yang terpisah, yang akan bekerja bagi pekerjaan di antara massa perempuan, “Menurut mereka hanya ada satu bentuk organisasi serikat pekerja. Saya mengenal mereka. Banyak pikiran revolusioner tapi bingung menarik prinsip setiap kali kekurangan ide, yaitu ketika pikiran tertutup dengan fakta-fakta yang harus dipertimbangkan. Jika jutaan perempuan tidak bersama kita, kita tidak dapat menjalankan kediktatoran proletar, tidak dapat membangun di atas garis komunis. Kita harus menemukan jalan kita kepada mereka, kita harus belajar dan berusaha menemukan jalan itu.”
Lenin adalah salah satu kawan yang sangat menguatkan Clara dalam pandangannya mengenai organisasi atau badan khusus untuk melakukan agitasi dan propaganda terhadap massa perempuan, khususnya dalam mendorong Clara untuk segera menuliskan proposal agar dapat diperiksa oleh Komite dan diputuskan oleh eksekutif sembari mengatakan pada Clara bahwa Gerakan Perempuan Komunis itu harus menjadi gerakan massa, bagian dari gerakan massa yang menyatu bersama semua yang dieksploitasi dan tertindas karena kapitalisme.
Clara mengatakan pada Lenin, “Betapa saya menyesal bahwa tidak ada ratusan bahkan ribuan orang yang mendengar kata-katamu, Kamerad Lenin.” sembari Clara menangis.
Dalam pidato Clara di Kongres Keempat Komintern pada bulan November 1922 sebagai perwakilan Jerman di Komite Eksekutif Internasional dan Sekertaris Jenderal Sekertariat Perempuan Internasional, Clara mengatakan, “Kita membutuhkan organisasi khusus untuk menjalankan pekerjaan organisasi Komunis dan pendidikan dikalangan perempuan dan menjadikannya bagian dari kehidupan partai. Agitasi komunis di kalangan perempuan bukan hanya tugas perempuan, itu adalah tugas seluruh partai komunis di setiap negara, Komunis Internasional. Untuk mencapai tujuan itu kita perlu membuat organ partai: Sekretariat Perempuan, Departemen Perempuan, atau apapun sebutannya untuk melanjutkan pekerjaan ini.”
Disana, Clara dengan tepat telah mengatakan bahwa keterbelakangan dan kelemahan perempuan dalam gerakan politik hanya mencerminkan keterbelakangan dan kelemahan dalam jajaran komunis pada umumnya.
Relevansi Pemikiran
Pemikiran dan semangat Clara sekali pun telah melampui 1 abad sejak ia berdiri dalam Kongres Keempat Komitern di tahun 1922 dan sejak ia meninggal pada 20 Juni 1933, tetap memiliki relevansi dengan perjuangan pembebasan perempuan hari ini sebab hal pertama yang tidak terbantahkan ketika kita melihat kondisi organisasi politik di Papua yang menggunakan marxis sebagai basis ideologis dalam pergerakannya mewujudkan Papua Barat yang Merdeka dan berdaulat, kita akan diperhadapkan dengan kondisi perempuan di dalam organisasi politik. Berapa banyak perempuan di dalam organisasi tidak dapat dilihat sebagai persoalan remeh temeh. Ini adalah persoalan serius karena membawa perempuan pada kesadaran politik dan kesadaran kelas adalah sebuah pekerjaan paling berat, yang mau tidak mau, suka tidak suka harus dilakukan dan dikerjakan.
Organisasi khusus, yang disebut biro perempuan, departemen perempuan atau sayap perempuan adalah alat pendidikan untuk menyebarluaskan sosialisme pada perempuan. Tidak ada perempuan yang akan mencari sosialisme, kitalah yang harus bekerja untuk membawa, memperkenalkan, mendidik, dan menggerakan secara bersama semua kelas tertindas, yang hari ini sedang terjajah oleh kolonialisme dan terjarah oleh kapitalisme untuk mengenal wujud sosialisme.
Clara berkali-kali menekankan pemisahan kelas, dan itu benar. Kita tidak dapat membangun Gerakan Perempuan yang ideologis bersama mereka yang tidak mendukung pembebasan perempuan dari kolonialisme dan kapitalisme. Kita memang harus bersatu bersama perempuan dan laki-laki yang sama-sama melawan kolonialisme dan kapitalisme, hanya bersama mereka kita harus bekerja untuk pertama-tama dapat mencapai revolusi demokratik.
Namun hal penting adalah mengindentifikasi siapa sesungguhnya kawan kita yang dapat kita percayakan untuk memikirkan hal-hal yang besar untuk pembebasan perempuan. Sekali lagi, kita memiliki tanggung jawab terhadap perempuan-perempuan di Papua yang membutuhkan pendidikan untuk segera mencapai kesadarannya, tetapi pendidikan saja tidak cukup, perempuan harus tergabung bersama organisasi sebagai alat untuk mencapai tujuan politik dan organisasi memiliki tugas untuk melakukan pendidikan, penyadaran, pergerakan, tetapi juga memiliki kewajiban untuk melindungi perempuan dari berbagai bentuk kekerasan yang akan terjadi ketika perempuan berada di dalam organisasi atau dengan kata lain, organisasi politik harus memiliki pandangan anti-seksisme untuk memberikan rasa aman bagi perempuan untuk tetap berjuang bagi pembebasan perempuan, pembebasan bangsa, dan pembebasan umat manusia.
“Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Kami memiliki kemauan untuk revolusi dunia, oleh karena itu kami harus menemukan cara untuk menjangkau massa perempuan yang dieksploitasi dan diperbudak”. Clara Zetkin.
***
Referensi:
Zetkin. 2019. Catatan Perempuan Revolusioner. Penerbit Independen: Yogyakarta.
Tulisan Clara Zetkin, Pejuang Pembebasan Perempuan dan Kelas Buruh ditulis oleh Kuggy Kayla, Kader Perserikatan Sosialis: https://www.arahjuang.com/2020/07/05/clara-zetkin-pejuang-pembebasan-perempuan-dan-kelas-buruh/ (diakses pada 6 Januari 2024).
Tulisan Clara Zetkin: Sintesa Politik Identitas dan Kelas Melalui Revolusi ditulis oleh Ruth Indiah Rahayu: https://indoprogress.com/2017/09/clara-zetkin-sintesa-politik-identitas-dan-kelas-melalui-revolusi/ (diakses pada 6 Januari 2024)