Dari sudut pandang yang saya lihat di era modern, terutama mengenai peran pemuda saat ini, belum cukup memberikan kontribusi atas gerakan muda itu sendiri. Sehingga melalui tulisan ini saya ingin mengajak kita semua untuk memahami peran pemuda mahasiswa dalam perkembangan zaman yang semakin hari membuat generasi muda terjerumus pada hal-hal yang bersifat negatif, eforia, hedon, dan tidak fokus kepada pergerakan rakyat. Seperti miras, ganja, narkoba, konsumsi lem aibon, sex bebas yang tidak bertanggung jawab dan tidak terkontrol.
Saya berharap kemudian dari pada itu bagaimana agar diterapkan pemikiran kritis dan positif dalam kehidupan generasi muda Papua. Sebab semakin lama kita membiarkan maka semakin lama kita kehilangan jati diri, kehilangan intelektualitas kita untuk memajukan pergerakan di tanah Papua. Karena pemuda adalah masa yang menentukan dan menyiapkan diri kita untuk memberikan kontribusi bagi gerakan terutama mendorong kesadaran politik bagi masyarakat.
Berdasarkan alasan ini maka sudah saatnya “pemuda harus bangkit dan berjalan maju bersama menuju cita-cita revolusi” seperti ungkapan Soekarno mengenai pemuda.Oleh sebabnya, percuma kita melahirkan sepuluh pemuda Papua namun tidak dapat memberikan dedikasi yang baik, alangkah baiknya kita melahirkan satu pemuda Papua yang bisa menyadarkan sepuluh pemuda Papua tentang perjuangan pembebasan. Agar sekiranya pekerjaan penyadaran kelas-kelas sosial terus menerus dilakukan dan membebaskan rakyat dari kemelaratan karena fisiknya diserap dipaksa kerja dan tunduk pada sistem kapitalis hari ini.
Menurut saya untuk menciptakan pemuda yang gagah berani, seorang aktivis gerakan dan intelektual maka kita harus mengarahkan mereka serta membuka ruang-ruang diskusi untuk membuka wawasan dalam hal mengajarkan mereka untuk mencapai tujuan-tujuan perjuangan. Karena ketika kita berbicara pergerakan, aktivis, kaum intelektual berarti kita harus berperan diberbagai lini dalam arti bisa menulis, rajin membaca, mampu mengorganisir rakyat, memiliki keterampilan advokasi, pendampiangan hukum, membuat film propaganda, dan aktivitas pergerakan lainnya. Jika di kampus maka mulailah kita membuka ruang-ruang diskusi, dan bisa merangkul kawan-kawan sekampus maupun di berbagai kampus, tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas sebagai pemuda mahasiswa agar menjadi lebih militan dan radikal dalam perjuangan.
Menurut saya kewajiban yang bersifat mutlak atau absolut tentang peran pemuda Papua hendaknya dimulai dari diri sendiri. Sebagai individu kita sudah harus bisa memadai meskipun demikian agak rumit. Namun bagaimana pemuda Papua terus memainkan peranan politiknya itu. Oleh sebab itu poin-poin penting yang harus dilakukan oleh pemuda untuk menambah wawasan, referensi, dan pengetahuan ialah dengan membudidayakan membaca, berdiskusi, dan aksi-aksi. Aksi-aksi perlawanan tidak hanya soal demonstrasi. Banyak metode aksi yang bisa kita lakukan sebagai pemuda mahasiswa seperti kata Tan Malaka, “karena idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh kaum pemuda.”
Dalam pokok-pokok pikiran pemuda Papua harus berperan serta memberikan pengaruh kepada pemuda lainnya, untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai agen perubahan, agen control social, dan tentu stok masa depan. Dan sebagai kaum intelektual muda, sebagai mana yang telah kita pelajari dan ditulis di buku-buku kiri yang cukup jelas memberikan kita pengetahuan dalam bidang sosialisme. Karena ketika kita berbicara tentang sosialis berarti kita berbicara tentang teori dan praktek yang titik ukur utama adalah kesadaran dan perjuangan kelas-kelas sosial.
Saya baca dan mempelajari fase sejarah pergerakan mahasiswa dan pemuda dari buku Radikalisme Pemuda: PRD Melawan Tirani[1]. Pemuda Indonesia yang bergabung dalam sebuah Partai Rakyat Demokrasi (PRD) mereka dididik untuk melawan rezim Soeharto sebelum tahun 1998. Perlawanan mereka melalui pengorganisiran kaum buruh, kaum miskin kota, nelayan, dan lain-lain. Sehingga Soeharto yang berjaya selama 32 tahun itupun lengser dari kursi kepresidenan. Dari konteks ini sudah seharusnya memberikan kita pencerahan selaku mahasiswa dan pemuda Papua dalam perlawanan melalui pengorganisasian basis rakyat.
Hari ini kelompok pemuda Papua cenderung mengedepankan emosional ketimbang strategi, serta isu-isu yang kurang variatif. Sehingga secara konseptual belum cukup untuk maju seperti yang kita inginkan. Karena dalam mencapai tujuan tersebut kita tidak bisa mempertahankan sesuatu yang sudah dilakukan oleh para pendahulu (senior) yang sudah melampaui atau mungkin belum, kemudian menjadi beban tanggung jawab kita hari ini. Oleh sebab itu selaku mahasiswa pemuda Papua secara pribadi saya menegaskan bahwa ketika kita berpatokan pada sejarah masa lampau namun tidak memberikan perubahan yang mendasar, maka perjuangan tersebut harus dibenahi secara baik sehingga cita-cita Papua merdeka boleh tercapai.
Pada saat ini pula sudah seharusnya kita catat bahwa penyebab faktor yang mencoba untuk menghancurkan kita adalah ego individu atau kepentingan organisasi revolusioner tertentu yang dipakai sebagai strategi keseluruhan. Akhirnya gerakan revolusi tercerai berai karena konsep perjuangan yang berbeda dan tidak terakomodir, sehingga bisa melahirkan kudeta-kudeta dalam perjuangan di berbagai tingkatan mahasiswa hingga faksi-faksi besar. Sehingga terjadi perselisihan, saling menjatuhkan satu sama lain. Oleh sebab itu bagaimana untuk membangun perjuangan agar lebih variatif ke depannya. Walaupun pada saat ini dari berbagai organisasi revolusioner berjuang dengan strategi yang berbeda-beda namun tujuan satu, yaitu merebut kemerdekaan dari kolonialisme Indonesia.
Tetapi kita harus adil juga bahwa pergerakan mahasiswa pemuda Papua secara radikal sudah cukup memberikan perlawanan selama ini. Seperti melakukan aksi-aksi perlawanan, kampanye-kampanye, sebagai intimidasi terhadap kolonialisme Indonesia, namun terlepas dari aksi-aksi itu, mahasiswa pemuda Papua secara strategis belum cukup maju, menyangkut dengan pemahaman, referensi atau pengetahuan, organisasi-organisasi gerakan yang kuat, kemampuan individu utama gerakan seperti menulis masih belum cukup baik secara kuantitas.
Contoh lain juga adalah pemuda Indonesia pada tahun 1966 dalam buku Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia[2]. Perlawanan pemuda Indonesia yang terus mengkritik Soekarno melalui tulisan-tulisan diberbagai koran atau media massa milik mahasiswa guna untuk melawan kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Dengan kekuatan tulisan, pergerakan mahasiswa dan rakyat sehingga pada akhirnya Soekarno pun lengser dari jabatannya. Secara kontekstual dalam sejarah pemuda Indonesia yang cukup jelas memberikan gambaran perjuangan, sehingga bagaimana agar pesan-pesan moral dalam perlawanan politik melalui tulisan-tulisan harus dikembangkan bagi generasi muda Papua, dan harus diterapkan dalam jiwa kita selaku aktivis dan intelektual muda Papua.
Secara umum baik dalam bentuk strategis yang memberikan insiatif kepada pemuda Papua agar mengupayakan peningkatan, dalam arti kualitas kepemudaan. Sehingga sebagaimana konteks yang tercantum di atas dapat boleh memberikan pengertian kepada kita agar jadilah aktivis pejuang yang tangguh dan mengerti akan pentingnya menulis serta pengorganisiran. Maka untuk itu ketika rakyat belum mendapatkan keadilan ekonomi maka sudah pasti mereka tidak akan memikirkan kemerdekaan politik.
Sebab itu pengorganisiran rakyat di seluruh Papua harus menjadi sangat penting untuk membangun jaringan di berbagai daerah untuk memberikan penyadaran, juga kepada gerakan-gerakan revolusioner secara keseluruhan agar secara langsung maupun tidak langsung mampu menciptakan basis rakyat Papua yang kuat untuk melawan cengkraman kapitalisme dan kolonialisme di tanah Papua.
Dari semua pembahasan soal multi peran pemuda Papua, sangat penting yang harus kembangkan dikalangan pemuda mahasiswa Papua. Sehingga dapat memberikan referensi dan pengetahuan untuk memajukan perjuangan yang sesungguh-sungguh. Salam hormat.
***
Pustaka:
[1] Buku Berjudul Radikalisme Pemuda: PRD Melawan Tirani ditulis oleh Miftafudin
[2] Buku berjudul Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia: Pembentukan dan Konsolidasi Orde Baru 1956-1966 adalah sebuah buku yang di tulis oleh Francois Railon, diterbitkan oleh LP3ES 1985
Luar biasa seluruh anak Papua yg punya kerinduan untuk menyuarakan hak hak nyaa,
Silakan membaca tulisan dari sdr/Kk SOLFIN MEIDODGA
Tulisan ini sangat baik bgmn cara cara dan taknik melawan kolonialisme,
Waa waa waa ✊🏽