Pilihan Redaksi Birokratisme dan Kelompok Faksi

Birokratisme dan Kelompok Faksi

-

Ditulis oleh Leon Trotsky

Masalah kelompok-kelompok dan faksi-faksi di dalam partai telah menjadi poin penting di dalam diskusi. Karena pentingnya masalah ini secara intrinsik dan bagaimana masalah ini telah mengambil bentuk yang sangat tajam, maka masalah ini harus didiskusikan dengan kejelasan yang sempurna. Namun, cukup sering masalah ini dikedepankan dengan cara yang keliru.

Partai kita adalah satu-satunya partai di negeri ini dan, di dalam periode kediktatoran sekarang ini, ini tidak bisa tidak. Kepentingan-kepentingan berbeda dari kelas buruh, kelas tani, aparatus negara, dan fungsionaris-fungsionarisnya, memanifestasikan diri mereka di dalam partai kita, melalui medium dimana mereka mencoba menemukan ekspresi politik. Kesulitan-kesulitan dan kontradiksi-kontradiksi yang menjadi karakter dasar dari epos kita, pertentangan sementara antara kepentingan-kepentingan berbagai seksi proletariat, atau antara proletar dan tani, memanifestasikan diri mereka di dalam partai melalui medium nukleus-nukleus (sel-sel) buruh dan tani, aparatus negara, dan pelajar-pelajar muda. Bahkan perbedaan pendapat yang kecil dan perbedaan pandangan yang episodik dapat mengekspresikan tekanan dari kepentingan sosial tertentu dan, di bawah kondisi-kondisi tertentu, dapat mentransformasikan diri mereka menjadi kelompok-kelompok yang stabil. Yang belakangan ini, pada gilirannya, cepat atau lambat akan mengambil bentuk faksi yang terorganisir yang akan melawan kelompok-kelompok lain di dalam partai, dan ini akan membuatnya terpengaruh oleh tekanan yang bahkan lebih besar. Beginilah dialektika dari kelompok-kelompok internal di dalam partai di sebuah epos dimana partai komunis terpaksa memonopoli kepemimpinan di dalam kehidupan politik.

Apa akibat dari ini? Bila kita tidak menginginkan faksi-faksi, maka tidak boleh ada kelompok- kelompok permanen; bila kita tidak menginginkan kelompok-kelompok permanen, maka kelompok-kelompok sementara harus dihindari; secara alami supaya tidak ada kelompok-kelompok sementara, maka tidak boleh ada perbedaan pendapat, karena bila ada dua pendapat, maka orang-orang secara tak terelakkan akan berkelompok. Tetapi bagaimana caranya menghindari perbedaan pendapat di dalam sebuah partai beranggotakan setengah juta orang yang memimpin negeri di bawah kondisi-kondisi yang sangatlah rumit dan sukar?

Ini adalah kontradiksi esensial dari posisi partai kediktaturan proletar, sebuah kontradiksi yang mustahil dihindari hanya dengan prosedur formal. Para pendukung “jalan lama” (pelarangan faksi–Pent) yang memberi suara mereka untuk resolusi dari Komite Pusat dengan jaminan bahwa semua akan sama seperti dahulu, berargumen seperti berikut: Lihatlah, katup aparatus kita baru saja dibuka sedikit dan tendensi pembentukan berbagai macam kelompok segera memanifestasikan diri mereka di dalam partai. Katup ini harus ditutup lagi dengan keras dan tungku ini harus ditutup rapat-rapat. Ini adalah kebijakan yang berpandangan dangkal yang memenuhi banyak pidato-pidato dan artikel-artikel yang “menentang faksionalisme”. Di dalam hati mereka yang paling dalam, para anggota aparatus partai berpendapat bahwa resolusi Komite Pusat adalah sebuah kesalahan politik yang harus mereka buat tidak berdaya, atau sebuah manuver yang harus digunakan. Menurut pendapat saya, mereka sangat keliru. Dan bila ada sebuah taktik yang diperhitungkan untuk mengacaukan partai, ini adalah taktik dari orang-orang yang tetap mendukung orientasi lama namun pura-pura menerima orientasi yang baru.

Partai mengembangkan garis-garis politiknya melalui konflik-konflik dan perbedaan-perbedaan pendapat. Untuk melokalisasi ini di dalam sebuah aparatus partai yang ditugasi untuk mensuplai partai dengan buah kerjanya dalam bentuk slogan-slogan, perintah-perintah, dan sebagainya akan berarti mensterilkan partai kita secara ideologis dan politik. Untuk membuat seluruh partai berpartisipasi di dalam perancangan dan adopsi resolusi-resolusi adalah berarti mempromosikan terbentuknya kelompok-kelompok ideologis sementara yang beresiko menjadi kelompok-kelompok permanen dan bahkan menjadi faksi-faksi. Apa yang harus dilakukan? Apakah mungkin tidak ada jalan keluar? Apakah mungkin tidak ada garis tengah antara rejim yang “damai” dan rejim yang dipenuhi dengan faksi-faksi? Ada jalan keluar, dan tugas dari kepemimpinan–setiap saat ia dibutuhkan dan terutama pada titik-titik balik–adalah untuk menemukan garis yang sesuai dengan situasi konkret tertentu.

Resolusi Komite Pusat mengatakan dengan jelas bahwa rejim birokratis adalah salah satu sumber dari faksi-faksi. Ini adalah sebuah kebenaran yang sekarang hampir tidak perlu dibuktikan lagi. “Jalan lama” adalah jauh dari demokrasi “penuh”, walaupun demikian ini tidak melindungi partai dari terbentuknya faksi-faksi ilegal, seperti halnya diskusi panas sekarang ini dapat mengakibatkan terbentuknya kelompok-kelompok sementara atau permanen. Untuk menghindari ini, organ-organ utama partai harus mendengarkan suara anggota-anggota partai, tanpa menganggap semua kritik sebagai manifestasi dari semangat faksional, dan oleh karenanya mendorong para komunis yang jujur dan disiplin untuk menjadi diam atau membentuk faksi-faksi.

Tetapi bukankah ini adalah pembenaran aksi Miasnikov[1] dan para pendukungnya? Kata kaum birokrat yang bijak. Mengapa begitu? Pertama-tama, kalimat yang baru saja kita garisbawahi hanyalah sebuah kutipan tekstual dari resolusi Komite Pusat. Terlebih lagi, sejak kapan penjelasan adalah sama dengan pembenaran? Mengatakan bahwa sebuah bisul adalah akibat dari peredaran darah yang tidak baik karena kurangnya oksigen bukanlah “membenarkan” bisul tersebut dan menganggapnya sebagai bagian normal dari tubuh manusia. Satu-satunya kesimpulan adalah bahwa bisul tersebut harus ditusuk dan dibersihkan lukanya, dan terutama, jendela harus dibuka untuk mengijinkan masuknya udara segar guna mensuplai oksigen yang dibutuhkan oleh darah. Tetapi masalahnya adalah sayap paling militan dari “jalan lama” percaya bahwa resolusi Komite Pusat adalah keliru, terutama kalimat mengenai birokratisme sebagai sumber faksi-faksi. Dan bila mereka tidak mengatakan ini dengan terbuka, ini hanya karena alasan-alasan formal, yang cukup harmonis dengan mentalitasnya, yang dipenuhi dengan formalisme yang merupakan karakter esensial dari birokratisme. Tidak dapat diragukan lagi kalau faksi-faksi adalah sumber masalah di dalam situasi sekarang ini, dan bahwa kelompok-kelompok, bahkan bila hanya sementara, akan berubah menjadi faksi-faksi. Tetapi seperti yang ditunjukkan oleh pengalaman, tidaklah cukup hanya menyatakan bahwa kelompok dan faksi adalah sebuah hal yang buruk untuk mencegah kemunculan mereka. Mereka akan terhindari hanya dengan kebijakan yang tepat, yang sesuai dengan situasi yang sebenarnya.

Kita hanya perlu mempelajari sejarah partai kita, terutama selama revolusi, yakni selama sebuah periode dimana keberadaan faksi adalah sangat berbahaya, untuk melihat bahwa perjuangan melawan bahaya ini tidak dapat dibatasi dengan pelarangan atau pengutukan resmi. Pada musim semi 1917, berhubungan dengan masalah perebutan kekuasaan, perbedaan pendapat yang paling besar terjadi di dalam partai. Ritme perisitwa yang begitu cepat membuat perbedaan ini menjadi begitu tajamnya sehingga memberinya karakter faksional. Dengan tidak sengaja, mungkin, para penentang pemberontakan Oktober 1917 membuat sebuah blok dengan elemen-elemen di luar partai, mempublikasikan deklarasi-deklarasi mereka di koran-koran non-partai[2], dan seterusnya. Pada saat itu, persatuan partai ada di ujung tanduk. Bagaimana perpecahan dapat dihindari saat itu? Hanya dengan perkembangan situasi yang cepat dan hasilnya yang mendukung. Perpecahan akan menjadi tak terelakkan bila saja peristiwa-peristiwa terulur panjang beberapa bulan, dan bahkan menjadi lebih pasti bila pemberontakan Oktober berakhir dengan kekalahan. Di bawah kepemimpinan yang teguh dari mayoritas Komite Pusat, partai Bolshevik, dalam posisi ofensif, melangkahi kepala-kepala kaum oposisi, kekuasaan direbut, dan pihak oposisi, yang jumlahnya tidak banyak tetapi secara kualitatif sangat kuat, mengadopsi platform Oktober. Faksi tersebut dan bahaya perpecahan dihindari pada saat itu bukan dengan keputusan-keputusan formal berdasarkan undang-undang partai, tetapi dengan aksi revolusioner.

Perbedaan pendapat terbesar kedua muncul pada saat perdamaian Brest-Litovsk. Para pendukung perang revolusioner[3] merupakan sebuah faksi sejati dengan korannya sendiri. Saya tidak bisa mengatakan berapa banyak kebenaran yang ada pada anekdot yang terdengar sekarang, yang mana diceritakan bahwa Bukharin hampir siap pada satu ketika untuk memenjarakan pemerintahannya Lenin![4] Secara umum, ini tampak seperti cerita fiksi Mayne Reid (novelis Amerika abad ke-19) atau sebuah kisah Pinkerton (Biro Detektif  Pinkerton adalah sebuah badan polisi swasta yang dibentuk pada abad ke-19 untuk menginfiltrasi organisasi-organisasi radikal dan buruh dengan tujuan menghancurkan mereka). Kita dapat berasumsi bahwa sejarah partai akan mencatat ini. Bagaimanapun juga, keberadaan faksi Komunis Kiri merupakan satu bahaya besar bagi kesatuan partai. Untuk pecah pada saat itu tidaklah sulit dan tidak akan membutuhkan usaha intelektual apapun dari kepemimpinan partai: partai hanya cukup mengisukan sebuah larangan terhadap faksi Komunis Kiri. Namun, partai mengadopsi metode-metode yang lebih kompleks. Kepemimpinan partai lebih memilih untuk berdiskusi, untuk menjelaskan, untuk membuktikan dengan pengalaman, dan untuk sementara menerima fenomena abnormal dan ganjil ini yang direpresentasikan oleh keberadaan sebuah faksi yang terorganisir di dalamnya.

Masalah organisasi kerja militer juga menyebabkan terbentuknya sebuah kelompok yang cukup kuat dan keras kepala, yang menentang pembentukan sebuah tentara reguler dengan aparatus militer yang tersentralisir, dengan spesialis-spesialis, dan sebagainya.[5] Pertentangan ini menjadi sangat tajam. Tetapi seperti pada saat Oktober, masalah ini terselesaikan oleh pengalaman: yakni oleh perang sipil sendiri. Sejumlah kesalahan  dan ekses-ekses dari kebijakan resmi militer diperbaiki di bawah tekanan dari oposisi, dan bukan hanya tanpa kerugian tetapi juga dengan manfaat bagi organisasi sentral tentara reguler. Mengenai kelompok oposisi tersebut, perlahan-lahan mereka luluh lantak. Sejumlah besar dari perwakilan mereka yang paling aktif berpartisipasi di dalam pengorganisasian angkatan bersenjata, yang mana banyak dari mereka menduduki posisi-posisi penting.

Sejumlah kelompok terbentuk pada saat diskusi mengenai serikat buruh[6]. Sekarang setelah kita memiliki kesempatan untuk melihat kembali seluruh periode tersebut dan menyinarinya dengan pengalaman kita sesudahnya, kita melihat bahwa diskusi tersebut sama sekali bukan mengenai serikat-serikat buruh, ataupun mengenai demokrasi buruh. Yang terekspresikan di dalam pertentangan-pertentangan ini adalah kegelisahan yang sangat dalam di partai, yang disebabkan oleh diperpanjangnya rejim ekonomi Komunisme Militer[7]. Seluruh perekonomian negeri ada dalam kekacauan. Diskusi mengenai peran serikat buruh dan demokrasi buruh menyelubungi usaha untuk mencari sebuah jalan ekonomi yang baru. Jalan keluarnya ditemukan dengan mengakhiri penyitaan bahan makanan dan mengakhiri monopoli pangan, dan dengan perlahan-lahan membebaskan industri negara dari tirani rencana ekonomi pusat[8]. Keputusan-keputusan historis ini diadopsi dengan dukungan penuh dan mengakhiri diskusi mengenai serikat buruh, karena setelah dicanangkannya NEP (New Economic Policy, Kebijakan Ekonomi Baru)[9] peran serikat buruh sendiri menjadi berbeda, dan beberapa bulan kemudian, resolusi mengenai serikat buruh harus diubah secara radikal.

Kelompok yang paling bertahan lama dan, dari sudut tertentu, paling berbahaya adalah kelompok Oposisi Buruh[10]. Kelompok ini merefleksikan, walaupun dalam cara yang cacat, kontradiksi-kontradiksi dari Komunisme Militer, kesalahan-kesalahan tertentu dari partai, dan juga kesulitan-kesulitan objektif utama untuk mengorganisasi masyarakat sosialis. Tetapi pada saat itu kita juga tidak membatasi diri kita semata-mata pada larangan resmi. Mengenai masalah demokrasi, keputusan-keputusan formal dibuat. Dan mengenai pembersihan partai, kebijakan-kebijakan yang efektif dan benar-benar penting diambil. Ini memberikan kepuasan pada apa yang benar dan sehat di dalam kritik dan tuntutan dari “oposisi buruh”. Dan yang paling penting adalah karena keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan ekonomi yang diadopsi oleh partai – yang berhasil menghapus perbedaan-perbedaan pandangan dan kelompok-kelompok – maka Kongres Kesepuluh kemudian dapat mengambil keputusan untuk secara resmi melarang pembentukan faksi, dengan alasan untuk percaya bahwa keputusannya ini tidak akan menjadi huruf mati. Tetapi, seperti yang ditunjukkan oleh pengalaman dan akal sehat politik, dengan sendirinya larangan ini bukanlah jaminan yang absolut atau serius untuk mencegah munculnya kelompok-kelompok ideologis dan organisasional yang baru. Jaminan yang paling utama adalah sebuah kepemimpinan yang tepat, yang menaruh perhatian pada hal-hal yang dibutuhkan oleh kondisi saat itu yang terrefleksikan di dalam partai, fleksibilitas aparatus partai yang tidak boleh melumpuhkan inisiatif partai tetapi justru mengorganisirnya, yang tidak boleh takut terhadap kritik, atau mengintimidasi partai dengan cara menakutinya dengan faksi; intimidasi sering kali adalah produk dari rasa takut. Keputusan Kongres Kesepuluh untuk melarang faksi-faksi hanya boleh memiliki sebuah karakter membantu; dengan sendirinya, keputusan ini tidak memberikan kunci jawaban terhadap semua kesulitan-kesulitan internal. Adalah “fetisme organisasi” bila kita percaya bahwa tanpa menghiraukan perkembangan partai, kesalahan-kesalahan kepemimpinan, konservatisme aparatus, pengaruh-pengaruh dari luar, dsb. sebuah keputusan adalah cukup untuk melindungi kita dari terbentuknya kelompok-kelompok dan dari kekacauan yang merupakan watak alami dari pembentukan faksi-faksi. Pendekatan seperti ini bersifat sangat birokratis.

Contoh yang bagus untuk ini disediakan oleh sejarah dari organisasi Petrograd. Tidak lama setelah Kongres Kesepuluh, yang melarang pembentukan kelompok dan faksi, sebuah pertentangan organisasional yang sangat sengit terjadi di Petrograd, yang menyebabkan terbentuknya dua kelompok yang saling bertentangan satu sama lain. Sekilas, hal yang termudah untuk dilakukan adalah mengutuk salah satu dari kelompok tersebut sebagai kelompok yang merusak, kriminal, faksional, dsb. Tetapi Komite Pusat secara kategorikal menolak untuk menggunakan metode tersebut, yang dianjurkan kepadanya dari Petrograd. Komite Pusat mengambil peran penengah di antara kedua kelompok tersebut, dan pada akhirnya berhasil menjamin bukan hanya kolaborasi mereka tetapi juga persatuan mereka. Ini adalah sebuah contoh penting yang harus diingat dan yang dapat menjernihkan pikiran orang-orang yang bermental birokratis.

Kita telah mengatakan di atas bahwa setiap kelompok yang penting dan bertahan lama di dalam partai, dan ini bahkan lebih benar untuk faksi-faksi yang terorganisir, memiliki sebuah tendensi untuk menjadi juru bicara dari kepentingan-kepentingan sosial tertentu. Di dalam alur perkembangannya, pelencengan apapun dapat menjadi ekspresi dari kepentingan-kepentingan kelas yang bermusuhan atau setengah-bermusuhan terhadap kelas proletar. Tetapi ini terutama benar untuk birokratisme. Kita harus memulai dari sini. Birokratisme adalah sebuah pelencengan, dan sebuah pelencengan yang tidak sehat; mari kita berharap bahwa kenyataan ini tidak dipertanyakan. Segera setelah pelencengan ini menjadi kenyataan, maka ia mengancam melencengkan partai keluar dari jalan yang benar, yakni keluar dari jalan kelas. Di sinilah letak bahayanya. Tetapi kenyataan yang paling mengkhawatirkan adalah ini: mereka yang menyatakan dengan mutlak, dengan kekeraskepalaan yang paling besar, dan kadang-kadang dengan sangat brutal, bahwa setiap perbedaan pendapat, setiap pengelompokan, bahkan bila ini hanya sementara, adalah sebuah ekspresi dari kepentingan kelas yang bermusuhan dengan kelas proletar, tidak ingin mengaplikasikan kriteria ini pada birokratisme.

Namun, kriteria sosial ini sangatlah cocok, karena birokratisme adalah sebuah keburukan yang terdefinisi dengan baik, sebuah pelencengan yang buruk dan berbahaya, yang telah dikutuk secara resmi namun tetap tidak menunjukkan tanda-tanda akan melenyap. Terlebih lagi, cukuplah sulit untuk melenyapkannya dengan satu pukulan! Tetapi bila birokratisme, seperti yang dikatakan oleh resolusi Komite Pusat, mengancam untuk memisahkan partai dari massa dan oleh karenanya melemahkan karakter kelas dari partai, maka perjuangan melawan birokratisme tidak mungkin berasal dari pengaruh-pengaruh non-proletar. Sebaliknya, aspirasi partai untuk menjaga karakter proletarnya niscaya harus melahirkan resistensi terhadap birokratisme. Tentu di bawah kedok resistensi ini, berbagai tendensi yang keliru, tidak sehat, dan berbahaya dapat memanifestasikan diri mereka. Dan mereka tidak dapat diungkapkan tanpa menganalisa dengan metode Marxis isi ideologi mereka. Akan tetapi, mengidentifikasikan resistensi terhadap birokratisme sebagai sebuah kelompok yang menjadi kendaraan untuk pengaruh asing adalah sendirinya menjadi “kendaraan” untuk pengaruh birokratis.

Kendati demikian, adalah keliru untuk memahami dengan cara yang terlalu sederhana dan vulgar bahwa perbedaan-perbedaan pendapat di dalam partai, dan bahkan terlebih lagi pengelompokan-pengelompokan, tidak lain adalah sebuah pertentangan antara pengaruh kelas-kelas yang berlawanan. Pada tahun 1920, masalah penyerbuan Polandia menghasilkan dua pendapat, yang satu menganjurkan sebuah kebijakan yang lebih keras, yang lainnya menganjurkan metode yang lebih hati-hati[11]. Apakah ini menunjukkan tendensi-tendensi kelas yang berbeda? Saya rasa ini tidak bisa dipastikan. Ini hanyalah perbedaan pertimbangan situasi, kekuatan, dan cara. Kriteria utama dari pertimbangan di antara kedua kubu tersebut adalah sama.

Sering kali partai dapat menyelesaikan sebuah masalah dengan cara-cara yang berbeda. Dan bila diskusi terjadi, ini terjadi untuk mempelajari cara mana yang terbaik, paling efektif, dan paling ekonomis. Tergantung dari masalah yang menjadi perdebatan, perbedaan-perbedaan ini dapat melibatkan cukup banyak lapisan di dalam partai, tetapi ini tidak serta merta berarti bahwa ada perjuangan antara dua tendensi kelas.

Tidak diragukan kalau kita akan terus memiliki bukan satu tetapi lusinan perbedaan pendapat di masa depan, karena jalan kita adalah jalan yang penuh kesulitan, dan tugas-tugas politik serta masalah-masalah ekonomi dari pembangunan sosialisme akan selalu menyebabkan perbedaan-perbedaan pandangan dan pengelompokan-pengelompokan opini yang sementara. Bagi partai kita, verifikasi politik dari semua perbedaan politik dengan analisa Marxis akan selalu menjadi salah satu cara yang paling efektif. Verifikasi Marxis inilah yang harus diterapkan, dan bukan frase-frase stereotipikal yang merupakan mekanisme pertahanan birokratisme. Bila “jalan baru” dijalani dengan lebih serius, akan mungkin untuk mengendalikan semua ideologi-ideologi politik yang heterogen yang sekarang sedang bangkit melawan birokratisme dan untuk membersihkan mereka dari elemen-elemen asing dan berbahaya. Tetapi ini akan mustahil bila tidak ada perubahan radikal di dalam mentalitas dan maksud dari aparatus partai. Tetapi yang sedang kita saksikan sekarang adalah justru sebaliknya. Aparatus partai sekarang sedang meluncurkan sebuah ofensif yang baru, yang menyerang kritik-kritik terhadap “jalan lama”, yang telah dikutuk secara formal tetapi belum dihapus, dengan memperlakukan kritik tersebut sebagai manifestasi semangat faksionalisme. Bila faksi-faksi adalah berbahaya–dan mereka memang berbahaya–maka adalah satu hal yang kriminal untuk menutup mata kita terhadap bahaya yang diwakili oleh faksi birokrasi konservatif. Resolusi Komite Pusat ditujukan untuk melawan bahaya ini.

Menjaga kesatuan partai adalah kekhawatiran utama dari mayoritas besar kaum komunis. Tetapi kita harus mengatakan dengan terbuka: bila sekarang ada bahaya yang mengancam kesatuan partai, ini datang dari birokratisme yang tidak terkendali. Dari kamp inilah keluar suara-suara provokatif. Di sanalah beberapa orang telah berani berkata: kami tidak takut perpecahan! Adalah para perwakilan dari tendensi ini yang telah menggali masa lalu, memburu di masa lalu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyuntikkan lebih banyak kebencian ke dalam diskusi, yang secara artifisial membangkitkan kembali memori-memori pertentangan dan perpecahan di masa lalu, dengan tujuan untuk secara halus mempersiapkan partai untuk kemungkinan perpecahan baru, sebuah kejahatan yang begitu buruk dan berbahaya. Mereka ingin mempertentangkan kebutuhan untuk kesatuan partai dengan kebutuhan untuk sebuah rejim yang tidak birokratis.

Bila partai kita membiarkan dirinya mengambil jalan ini dan mengorbankan elemen-elemen penting dari demokrasinya sendiri, maka partai kita hanya akan berhasil memperburuk perjuangan internalnya dan menggoncang kesatuannya. Kita tidak bisa menuntut partai untuk percaya pada aparatus bila aparatus itu sendiri tidak mempercayai partai. Inilah masalahnya. Prasangka ketidakpercayaan birokratis terhadap partai, terhadap pikiran dan semangat disiplinnya, adalah sumber utama dari semua masalah yang disebabkan oleh dominasi aparatus. Partai tidak menginginkan faksi-faksi dan tidak akan mentolerirnya. Adalah konyol untuk berpikir bahwa partai akan menghancurkan, atau membiarkan siapapun untuk menghancurkan aparatusnya. Partai tahu bahwa aparatus ini terdiri dari elemen-elemen yang paling berharga, yang mewakili bagian terbesar dari pengalaman-pengalaman masa lalu. Tetapi partai ingin memperbaharui aparatus ini dan mengingatkannya bahwa ia adalah aparatusnya, bahwa ia dipilih oleh partai dan ia tidak boleh memisahkan diri dari partai.

Setelah mempertimbangkan dengan baik situasi yang tercipta di dalam partai, yang telah menunjukkan dirinya dengan sangat jelas dalam diskusi, kita melihat bahwa masa depan memiliki dua perspektif. Pertama, pengelompokan-kembali ideologis yang organik yang sekarang sedang terjadi di partai, yang mengikuti garis resolusi Komite Pusat, dapat menjadi satu langkah maju ke arah perkembangan organik partai. Ini dapat menjadi awal dari sebuah bab baru yang hebat. Dan ini dapat menjadi jalan keluar yang paling baik bagi kita semua, yang akan dengan mudah mengatasi ekses-ekses di dalam diskusi dan di dalam oposisi dan, juga mengatasi tendensi-tendensi demokrasi vulgar. Atau yang kedua, aparatus partai, yang bergerak ke ofensif, akan jatuh ke bawah pengaruh elemen-elemen konservatif dan dengan dalih memerangi faksi-faksi aparatus ini akan menghantam mundur partai dan mengembalikan “ketertiban”. Perspektif kedua ini akan jauh lebih buruk; tentunya ini tidak akan menghambat perkembangan partai, tetapi perkembangan ini akan terjadi dengan ongkos dan kekacauan-kekacauan yang lebih besar. Karena metode kedua ini hanya akan terus menumbuhkan tendensi-tendensi yang membahayakan, merusak, dan menentang partai. Ini adalah dua kemungkinan yang harus kita perhatikan.

Surat saya mengenai “jalan baru” memiliki tujuan untuk membantu partai mengambil jalan yang pertama, yang merupakan jalan yang paling ekonomis dan paling benar. Dan saya berdiri sepenuhnya mendukung posisi tersebut, dan menolak semua tafsiran-tafsiran yang keliru.

Moskow, Desember 1923

***

Catatan: Tulisan ini adalah Bab Ketiga dari “Jalan Baru”, sebuah buku koleksi artikel-artikel Leon Trotsky pada tahun 1923 yang menjabarkan posisinya dalam melawan birokratisme di dalam partai. Tulisan ini diterjemahkan oleh Ted Sprague pada April 2011 dari “Bureaucratism dan Factional Groupings”, Leon Trotsky Internet Archive dan diterbitkan lagi dalam bahasa Indonesia di Leon Trotsky Internet Arcvhive Indonesia. Diterbitkan kembali disini untuk tujuan pendidikan dan propaganda.

Referensi:

[1] G.T. Miasnikov, seorang buruh Bolshevik tua, yang dipecat pada tahun 1922 karena tendensi-tendensi Menshevik. Bertahun-tahun kemudia, Stalin mengirim dia ke pengasingan, yang mana dia berhasil kabur ke Persia tahun 1929, dan kemudian ke Turki. Dia ditembak mati pada tahun 1946 di penjara Uni Soviet.

[2] Penentang rencana pemberontakan Oktober 1917, Zinoviev dan Kamenev, membongkar dan mengkritik rencana-rencana partai di korannya Gorky di hari-hari sebelum pemberontakan. Mereka didukung oleh Rykov, Nogin, Miliutin, Losovsky, Shliapnikov, Riazanov, Larin, dan lainnya.

[3] Kelompok pendukung perang revolusioner dipimpin oleh Bukharin, mereka menerbitkan sebuah koran independen di luar partai di Petrograd, dengan judul Komunis, yang menyerang kebijakan Lenin dengan keras. Radek, Kretinsky, Ossinsky, Sapronov, Yakovlev, Pokrovsky, Piatakov, Preobrazhensky, Safarov, dan lainnya termasuk di dalam kelompok ini. Trotsky sendiri mendukung kebijakan “tidak berdamai dan tidak juga berperang”.

[4] Pada tanggal 21 Desember 1923, Pravda mempublikasikan sebuah surat yang ditandatangani oleh sembilan anggota kelompok Komunis Kiri, yang mengkonfirmasikan anekdot tersebut. Di sebuah pertemuan Komite Eksekutif Soviet-Soviet, Kamkov, seorang Sosial Revolusioner Kiri, mengatakan “dengan nada becanda” kepada Bukharin dan Piatakov: “Apa yang akan kamu lakukan bila kamu memenangkan mayoritas partai? Lenin akan mundur dan kita harus membentuk Dewan Komisar Rakyat dengan kamu. Bila ini terjadi, saya rasa saya akan memilih Piatakov sebagai ketua …” Kemudian Proshyan, seorang Sosial Revolusioner Kiri, berkata sambil tertawa ke Radek: “Kamu hanya menulis resolusi saja. Bukankah akan lebih mudah menangkap Lenin satu hari, mendeklarasikan perang melawan Jerman, dan kemudian memilih dia kembali sebagai ketua Dewan Komisar Soviet dengan suara penuh?”

[5] Kelompok “oposisi militer” pada tahun 1918-1919 dipimpin oleh V.M. Smirnov, dan didukung oleh Voroshilov, Piatakov, Mezhlauk, dan Stalin, untuk melawan Trotsky. Kongres kesembilan Partai Bolshevik pada tahun 1919 memberikan suara mendukung kebijakan Trotsky.

[6] Dari bulan November 1920 (Kongres Serikat Buruh Kelima) sampai Maret 1921 (Kongres Partai Kesepuluh), Komite Pusat terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama dengan delapan anggota, yang dipimpin oleh Lenin. Kelompok yang lain terdiri dari Trotsky, Bukharin, Dzherzhinsky, Andreyev, Krestinsky, Preobrazhensky, dan Serebriakov. Kongres Partai mendukung kelompoknya Lenin.

[7] Komunisme Militer adalah sistem ekonomi Uni Soviet selama perang sipil, 1918-1921. Kebijakan ini diadopsi oleh Bolshevik dengan tujuan utama untuk menyediakan kota-kota dan Tentara Merah dengan persedian untuk peperangan melawan Tentara Putih dan sekutu-sekutu imperialisnya. Satu tugas utama dari Komunisme Militer adalah penyitaan gandum dari petani untuk memberi makan populasi kota yang kelaparan. Pada saat yang sama, industri Rusia difokuskan untuk menyediakan persenjataan untuk Tentara Merah. Kebijakan yang keras ini terpaksa diambil oleh Bolshevik karena situasi ekonomi dan militer yang berbahaya.  Setelah usainya perang sipil, kebijakan ini ditanggalkan dan digantikan dengan Kebijakan Ekonomi Baru atau NEP (New Economic Policy).

[8] Pusat-pusat perencana produksi, yang terpecah secara vertikal, harus dibubarkan pada tahun 1921 sebagai bagian dari usaha untuk mengorganisasi ulang ekonomi.

[9] Kebijakan Ekonomi Baru, atau New Economic Policy (NEP), adalah kebijakan ekonomi yang diambil oleh Uni Soviet setelah perang sipil yang menghancurkan sendi-sendi ekonomi negeri. Kebijakan ini disahkan pada tahun 1921 di Kongres Partai Komunis Kesepuluh untuk menggantikan kebijakan Komunisme Militer. NEP adalah inisiatif Lenin. Melihat kehancuran ekonomi akibat Perang Sipil, Lenin menganjurkan NEP sebagai kebijakan sementara untuk memperbolehkan pasar bebas dan investasi asing.

[10] Kelompok Oposisi Buruh dipimpin oleh Shliapnikov, Kollontay, Medvediev, Kisseliev, Lutovinov, dan lainnya, yang mengadvokasikan bahwa manajemen kehidupan ekonomi harus diserahkan ke serikat-serikat buruh.

[11] Lenin mendukung kebijakan yang lebih keras, sedangkan Trotsky dan Radek mendukung metode yang lebih hati-hati.

Redaksi Lao-Lao
Teori pilihan dan editorial redaksi Lao-Lao

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kirim Donasi

Terbaru

Kapitalisme di Era Digital: Manusia, Ruang, dan Alat

Ide menulis tulisan ini, dimulai ketika beberapa waktu lalu...

Belajar Gerakan Kedaulatan Diri Owadaa dari Meeuwodide (Bagian 2)

Pada bagian pertama catatan ini sebelumya, saya mencoba untuk belajar pandangan konseptual tentang Owadaa. Selain itu, sisi teologis yang...

Belajar pada Njoto, Menuju Jurnalisme yang Mendidik Massa

Dalam deretan tokoh-tokoh jurnalistik di Indonesia, nama Njoto jarang terdengar. Kerap ketika berbicara mengenai sejarah jurnalisme di Indonesia, nama...

Empat Babak Sekuritisasi di Papua

Sejak dimulainya Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora) oleh Presiden Soekarno pada 19 Desember 1961 banyak terjadi pelanggaran hak asasi...

Mambesak dan Gerakan Kebudayaan Papua Pascakolonial

Mambesak tidak sekadar grup musik Papua biasa. Selain sebagai pioner dengan mempopulerkan lagu-lagu daerah Papua yang kaya dan beragam,...

Rubrikasi

Konten TerkaitRELATED
Rekomendasi Bacaan