Ditulis oleh Madjid
Kesalahan Cara Memandang Gerakan/Pergerakan
Kesalahan cara memandang gerakan, yakni memandang gerakan hanya dari satu seginya saja, yakni segi yang negatif, bisa mengakibatkan hilangnya arah positif gerakan. Dan bila ini dibiarkan, akan mengakibatkan hancurnya semangat berjuang. Singkatnya: mengakibatkan hancurnya pergerakan itu sendiri. Adalah sungguh salah bila memandang gerakan dari satu seginya saja, apalagi bila bukan merupakan hasil dari kesimpulan dialektika sejarah. Harus dicamkan dalam-dalam, bahwa kenyataan atau realitas apapun memiliki dua sisi, sisi yang negatif dan sisi yang positif; di dunia ini, tidak ada satu hal ihwal pun yang bersegi satu, yakni hanya segi negatifnya saja. Dan gerak (motion) maju sejarah merupakan hasil pergulatan (contradictions) segi yang positif dengan segi yang negatif. Akhirnya, dalam pergerakan yang memilki semangat yang tinggi–militansi yang tinggi– segi positif sekecil apa pun (apalagi bila besar) harus diusahakan agar dikondisikan, dikonsolidasikan, dan dimanfaatkan untuk mendorong maju pergerakan, merevolusionerkan pergerakan.
Kesalahan cara memandang ini disebabkan karena lemahnya alat analisa kaum pergerakan:
Pertama: tidak dapat membedakan segi-segi yang positif dengan segi-segi yang negatif di dalam sejarah pergerakan;
Kedua: tidak mau mengakui bahwa tahap-tahap sejarah pergerakan merupakan gerak yang dihasilkan oleh pergulatan segi-segi yang positif dengan segi-segi yang negatif;
Ketiga: terjerumus pada jebakan suatu gejala sesaat (snapshot), yang hanya dipandang segi negatifnya saja, tidak bisa dipandang segi positifnya;
Keempat: idealis-romantis-penyedih dalam memandang polarisasi, seolah-olah polarisasi dianggap sesuatu yang negatif, sesuatu yang tidak boleh terjadi. Padahal, harus diakui, bahwa polarisasi merupakan konsekuensi ideologi, garis politik dan keorganisasian pergerakan. Polarisasi jelas menghasilkan unsur positif (unsur maju) dan unsur negatif (unsur konservatif dan reaksioner), itu pasti. Jadi, menangisi polarisasi, menangisi perpisahan, sama halnya dengan menangisi perginya unsur konservatif dan reaksioner. Atau mungkin takut, rendah diri, akan reaksi unsur konservatif dan reaksioner.
Kelima: tidak dapat memanfaatkan–terutama konsolidasi–unsur positif yang dihasilkan oleh sejarah pergerakan (salah satunya, yang dihasilkan oleh polarisasi) untuk mendorong maju gerakan mati kutu.
Garis Besar Sejarah Pergerakan Progresif-Kerakyatan Radikal Dekade 80-an
Setelah sadar, bahwa ‘pergerakan” partai politik, “oposisi” sosdem (baik yang moderat maupun yang radikal), pergerakan mahasiswa dekade 70-an hingga awal 80-an, pergerakan kelompok studi, tidak berdaya dalam berhadapan dengan rezim orde baru, maka pergerakan mahasiswa-pemuda-rakyat yang radikal pada dekade 80-an (tepatnya setelah 1985) telah berupaya dan berhasil membuka ruang demokrasi–walau masih terbatas–yang kemudian memberikan peluang bagi pergerakan progresif-kerakyatan-radikal, dan juga bagi oposisi lainnya sekalipun, untuk tetap maju.
Setelah melewati tahun 1985, kebekuan merespon masyarakat terhadap kondisi ekonomi-politik budaya yang sangat negatif, berhasil dibuka, dikuakkan, oleh pergerakan mahasiswa-pemuda-rakyat yang radikal, yang mahasiswa-pemudanya kebanyakan berasal dari latar belakang sosial kelas menengah ke bawah. Pemanfaatan celah-celah kesempatan–yang merupakan segi yang positif bagi pergerakan, dan segi yang negatif (bumerang) bagi rejim orde baru–seperti kegiatan pers dan tersebarnya media kampus, selebaran-selebaran gelap (terutama yang progresif kerakyatan), adanya unsur-unsur mahasiswa-pemuda yang berkonsolidasi ke daerah-daerah lain, kegiatan diskusi, aksi-aksi massa yang bertahap-tahap (dari yang rendah resikonya ke yang tinggi resikonya), dan lain sebagainya, benar-benar telah memberikan pengalaman yang sangat berharga, baik dari segi pematangan pemahaman, penyatuan alam pikir dan aksi, pemihakan terhadap rakyat, maupun rekonsolidasi bagi proses, gerak, selanjutnya pergerakan kaum progresif-kerakyatan-radikal.
Segi-Segi Positif yang Dihasilkan oleh Pergerakan Progresif-Kerakyatan-Radikal Dekade 80-an
Seperti sebagaimana yang telah disebutkan di atas, pergerakan progresif-kerakyatan-radikal dekade 80-an telah berhasil membuka ruang demokrasi–walaupun masih terbatas–yang dapat dijadikan sebagai senjata (peluang) bagi proses, gerak, selanjutnya ke arah pergerakan revolusioner. Ruang demokrasi yang telah dihasilkan oleh pergerakan progresif-kerakyatan-radikal tersebut adalah:
Pertama: sentimen kerakyatan kini telah lebih populer, atau bermakna kembali di tengah-tengah kini lebih banyak orang dengan lebih mudah dan mencoba lebih mendalam berbicara soal rakyat—bahkan rejim Orde Baru pun kini lebih giat berdemagogi kerakyatan. Kata rakyat dan atmosfir kerakyatan mulai beraroma lagi;
Kedua: baik langsung maupun tidak langsung, tingkat agitasi dan propaganda mulai melebar ke segala sektor. Yang terpenting, rakyat kini mulai lebih sadar akan bobroknya rezim orde baru dan mendambakan alternatif yang lain. Inilah yang disebut kekosongan, kevakuman, ideologi yang harus diisi dengan segera oleh pergerakan;
Ketiga: tingkat mobilisasi, pengerahan, massa, dalam tingkat tertentu, sudah tidak bisa dikendalikan oleh rezim orde baru. Aksi massa, baik yang diorganisir maupun yang tidak, mulai banyak dilancarkan oleh berbagai sektor masyarakat;
Keempat: tingkat militansi dan radikalisasi massa mulai terjadi. Berbagai tindakan penindasan oleh rezim orde baru terhadap pergerakan tidak dapat menghentikan gerak maju, peningkatan isi dan cara tuntutan massa;
Kelima: pembentukan organisasi massa tandingan (alternatif), dalam tingkat tertentu, sudah dapat dilaksanakan dan, dalam beberapa kasus, sudah tidak bisa dikendalikan lagi oleh rezim orde baru;
Keenam: unsur-unsur maju di kalangan kaum pergerakan–baik yang sudah menyatakan diri maupun yang masih bimbang—merupakan mayoritas.
Polarisasi yang Keliru Dipandang Negatif oleh Kaum Pergerakan Progresif Kerakyatan Radikal
Sesuatu yang harus dipandang wajar –bukannya dipandang negatif—dalam gerak perjuangan pergerakan progresif-kerakyatan-radikal adalah polarisasi. Karena polarisasi adalah konsekuensi logis ideologi, garis politik, dan keorganisasian dari pergerakan. Konsekuensi logis tersebut adalah polarisasi pergerakan menjadi berisi unsur maju dan unsur konservatif/reaksioner. Dan kita harus memadang unsur konservatif dan reaksioner tersebut sebagai bukan pergerakan, baik ideologinya, garis politiknya, dan keorganisasiannya. Apalagi bila polarisasi tersebut bukan merupakan hasil perbedaan, pertikaian politik–perbedaan ideologis, strategi dan taktik—tapi hanya atas dasar intrik-ambisi pribadi borjuis kecil. Jadi, mengapa harus menolak polarisasi, menangisi polarisasi, menangisi perpisahan dengan unsur yang kini menjadi konservatif dan reaksioner. Biarkanlah yang menangis ditinggalkan revolusi yang sedang maju, yang konservatif dan reaksioner harus kita isolasi.
Tugas Kita, Kaum Pergerakan Progresif-Kerakyatan-Radikal
Tugas kita dalam merespon/menanggapi polarisasi adalah memanfaatkan atau memaksimalkan enam hal positif seperti telah disebut di atas, dengan jalan mengkonsolidasikan unsur-unsur maju dalam wadah organisasi yang lebih solid. Tujuannya jelas: mengisolasi unsur-unsur konservatif dan reaksioner, serta meningkatkan kembali semangat unsur-unsur maju yang masih bimbang dan sedang menangisi polarisasi. Atau dengan kata lain: itulah apa yang dinamakan propaganda, cara memetik buah ranum sejarah pergerakan Progresif-kerakyatan-Radikal. Kita tidak membutuhkan unsur-unsur konservatif dan reaksioner. Kondisi objektif sejarah kita yang lalu telah membuktikan bahwa ruang demokrasi (lihat enam segi positif di atas) telah dan hanya berhasil dibuka–walaupun masih terbatas—oleh unsur-unsur radikal-militan-pelopor. Bukti sejarah–lihat lagi enam segi positif di atas—tidak bisa diingkari. Bahkan sekarang pun kita masih belum membutuhkan unsur-unsur moderat. Sekarang, tanpa unsur-unsur radikal-militan-pelopor, kotak pandora pergerakan rakyat-revolusioner sama sekali tidak akan bisa dibuka.
***
Catatan: Tulisan ini awalnya dimuat di Majalah PROGRES No. 3, Jilid 2, 1992, Hlm. 59. Diimuat lagi situs Indo-Marxist.com. Diterbitkan kembali disini untuk tujuan pendidikan dan propaganda untuk Papua.